YOGYAKARTA (SI) – Dua persoalan mendasar dihadapi Komando Daerah Militer (Kodam) IV Diponegoro. Selain minim alat, beberaa alat berat ada yang sudah tua namun masih dioperasionalkan.
Hal ini dinilai menghambat profesionalitas prajurit. Pangdam IV Diponegoro Brigjend TNI Langgeng Sulistiyono mencontohkan, alat utama sistem senjata (alutsista) maupun nonalutsista sampai akhir semester I 2010 baru mencapai 62,6%. Selain itu,kata dia,beberapa material tua yang masih digunakan antara lain meriam buatan Rusia tahun 1926, kendaraan tempur Tanx AMX -13 buatan Perancis 1958, dan Panser Sarachen buatan Inggris 1958. Menurut dia,material yang terbaru adalah panser Panhard buatan Perancis 1996.”Namun begitu semangat TNI masih tetap tinggi,” katanya dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR RI di Kepatihan Yogyakarta, kemarin.
Menurut dia, yang perlu menjadi fokus perhatian adalah penambahan amunisi kaliber kecil karena jumlahnya masih sedikit. Misalnya, dalam satu kali latihan menembak prajurit hanya mendapat alokasi tiga butir perluru per orang setiap tri wulan. Padahal, kata dia,berdasar indeksnya untuk senjata laras pendek delapa peluru per orang dan senjata laras panjang 10 peluru per orang. Langgeng menambahkan, karena kondisi itu,prajurit hanya bisa menembak kering atau hanya bisa membidik, setelah tepat sasaran baru diisi peluru. ”Ini bisa menghambat profesionalisme prajurit dalam hal menambak.Kami berharap Komisi I DPR dapat memperjuangkan dengan meningkatkan anggaran untuk Angkatan Darat,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi I Tubagus Hasanudin memberikan angin segar. Saat ini, kata dia, sudah ada anggaran 10.000 rumah dan Rp195 miliar untuk prajurit yang bertugas di daerah terpencil. Selain itu, ke depan amuninisi bisa ditingkatkan menjadi 5-10 kali lipat. Namun hal itu harus ada permintaan yang jelas dari para Panglima Kodam kepada Kepala Staf, yang selanjutnya dimasukkan dalam rencana anggaran. ”Ini memang menjadi kebutuhan pokok.Jangan sampai prajurit tidak profesional karena kurang latihan menembak,” katanya.
Sumber: SI
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment