Bontang – Pemerintah menargetkan nilai investasi industri pertahanan nasional bisa mencapai sekitar Rp100 triliun dalam waktu lima tahun. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pihaknya akan terus mendorong masuknya investasi di industri pertahanan, baik oleh swasta maupun badan usaha milik negara (BUMN).
Nilai investasi industri pertahanan tersebut terdiri atas berbagai macam sektor seperti alat utama sistem senjata (alutsista), pabrik peluru kendali (rudal), dan bahan peledak berkekuatan rendah atau amonium nitrat. Peningkatan investasi juga akan menaikkan devisa negara. Menurutnya, target tersebut bisa terpenuhi tidak hanya melalui pembangunan pabrik baru, tapi juga penambahan investasi serta kapasitas produksi.
Dia mencontohkan, pabrik amonium nitrat PT KNI yang senilai Rp4 triliun. ”Saat ini kapasitas produksinya 300.000 ton per tahun, sebelumnya hanya sekitar 120.000-150.000 ton per tahun,” kata Purnomo seusai peresmian pabrik amonium nitrat PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) di Bontang, Kalimantan Timur,kemarin. Purnomo memperkirakan, kebutuhan amonium nitrat nasional terus meningkat menjadi 800.000 ton per tahun pada 2014-2015.
Saat ini kebutuhan amonium nitrat sekitar 600.000 ton per tahun. ”Ditambah produksi MNK (PT Multi Nitrotama Kimia) di Cikampek, Karawang, Jawa Barat, produksi dalam negeri menjadi lebih besar,”ucapnya. Saat ini hanya ada dua pabrik amonium nitrat di dalam negeri yakni PT KNI dan PT MNK.Sebenarnya ada satu lagi perusahaan BUMN di Bontang yakni PT Dahana, namun hingga kini masih belum diketahui secara jelas soal investasinya.
Lebih lanjut Purnomo menjelaskan, saat ini investor lainnya yakni PT Batuta tengah menjajaki investasi pembangunan pabrik amonium nitrat di Bontang.Dia mengaku sudah menerima proposal rencana investasi PT Batuta. Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak menambahkan, pihaknya mendukung investor di Bontang dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif, keamanan berinvestasi, menjamin kepastian hukum, serta mempermudah perizinan.
Awang mengungkapkan, Bontang menempati urutan kelima dari 33 provinsi terkait penanaman modal asing (PMA), nomor tiga untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN), dan masuk dalam 10 besar regional champion investasi. Dia menyebutkan, realisasi investasi di Bontang tahun lalu mencapai Rp38 triliun, melampaui target awal Rp32 triliun.” Tahun ini kami targetkan Rp42 triliun.Termasuk industri batubara. Dua blok migas sedang dikembangkan,”ucapnya.
Direktur Utama PT KNI Antung Pandoyo optimistis, perusahaan yang dia pimpin bakal menjadi produsen amonium nitrat terbesar di Indonesia, bahkan mungkin Asia Tenggara. PT KNI akan berperan penting sebagai aset nasional untuk melayani industri pertambangan di dalam negeri.
Pembangunan pabrik tersebut juga akan menghemat devisa negara hingga USD150 juta. ”USD150 juta asumsinya harga USD500 per ton. Itu dikali 300.000 ton. Kalau harga USD600,akan lebih besar,”tandasnya.
Sumber : SINDO
Readmore --> Menhan : Investasi Industri Pertahanan Ditargetkan Rp100 Triliun
Nilai investasi industri pertahanan tersebut terdiri atas berbagai macam sektor seperti alat utama sistem senjata (alutsista), pabrik peluru kendali (rudal), dan bahan peledak berkekuatan rendah atau amonium nitrat. Peningkatan investasi juga akan menaikkan devisa negara. Menurutnya, target tersebut bisa terpenuhi tidak hanya melalui pembangunan pabrik baru, tapi juga penambahan investasi serta kapasitas produksi.
Dia mencontohkan, pabrik amonium nitrat PT KNI yang senilai Rp4 triliun. ”Saat ini kapasitas produksinya 300.000 ton per tahun, sebelumnya hanya sekitar 120.000-150.000 ton per tahun,” kata Purnomo seusai peresmian pabrik amonium nitrat PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) di Bontang, Kalimantan Timur,kemarin. Purnomo memperkirakan, kebutuhan amonium nitrat nasional terus meningkat menjadi 800.000 ton per tahun pada 2014-2015.
Saat ini kebutuhan amonium nitrat sekitar 600.000 ton per tahun. ”Ditambah produksi MNK (PT Multi Nitrotama Kimia) di Cikampek, Karawang, Jawa Barat, produksi dalam negeri menjadi lebih besar,”ucapnya. Saat ini hanya ada dua pabrik amonium nitrat di dalam negeri yakni PT KNI dan PT MNK.Sebenarnya ada satu lagi perusahaan BUMN di Bontang yakni PT Dahana, namun hingga kini masih belum diketahui secara jelas soal investasinya.
Lebih lanjut Purnomo menjelaskan, saat ini investor lainnya yakni PT Batuta tengah menjajaki investasi pembangunan pabrik amonium nitrat di Bontang.Dia mengaku sudah menerima proposal rencana investasi PT Batuta. Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak menambahkan, pihaknya mendukung investor di Bontang dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif, keamanan berinvestasi, menjamin kepastian hukum, serta mempermudah perizinan.
Awang mengungkapkan, Bontang menempati urutan kelima dari 33 provinsi terkait penanaman modal asing (PMA), nomor tiga untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN), dan masuk dalam 10 besar regional champion investasi. Dia menyebutkan, realisasi investasi di Bontang tahun lalu mencapai Rp38 triliun, melampaui target awal Rp32 triliun.” Tahun ini kami targetkan Rp42 triliun.Termasuk industri batubara. Dua blok migas sedang dikembangkan,”ucapnya.
Direktur Utama PT KNI Antung Pandoyo optimistis, perusahaan yang dia pimpin bakal menjadi produsen amonium nitrat terbesar di Indonesia, bahkan mungkin Asia Tenggara. PT KNI akan berperan penting sebagai aset nasional untuk melayani industri pertambangan di dalam negeri.
Pembangunan pabrik tersebut juga akan menghemat devisa negara hingga USD150 juta. ”USD150 juta asumsinya harga USD500 per ton. Itu dikali 300.000 ton. Kalau harga USD600,akan lebih besar,”tandasnya.
Sumber : SINDO