TERNATE - Semarak Hari Jadi Korem 152 Baabullah ke-7 yang jatuh pada Sabtu 13 Maret lalu, diperingati lain dari sebelumnya. Jika biasanya dilaksanakan dalam upacara militer yang megah, sekitar 139 anggota TNI memeriahkannya dengan kegiatan naik ke puncak gunung Gamalama.
Seluruh prajurit mulai dari yang berpangkat kopral hingga perwira menengah setingkat kolonel termasuk Danrem 152 Baabullah, Kolonel (Inf) Agus SB, dan seluruh Dandim yakni Dandim 1501 Ternate, Letkol (Inf) Harfudin Daeng, Dandim 1505 Tidore, Letkol (Inf) Sigit, Dandim 1508 Tobelo, Letkol (Inf) Agus dan Dandim 1509 Labuha, Letkol (Inf) Slamet Riady, turut serta dalam kegiatan itu.
Start dari kelurahan Marikurubu yang tepat berada di kaki gunung Gamalama pada Jumat, sehari sebelum hari H. Sebelumnya rombongan melakukan salat subuh bersama di masjid setempat. Usai salat, imam masjid lalu melepas rombongan menuju puncak gunung yang tingginya kurang lebih 2.400 meter di atas permukaan laut, tepat sekitar pukul 05.30 WIT.
Yang mulai satu per satu bergerak yang dipimpin langsung Danrem Kolonel Agus SB. Sambil menyanyikan yel-yel perjuangan diikuti seluruh prajurit, perwira yang menjadi salah satu penangkap Xanana Gusmao itu mulai melakukan pendakian dengan membawa bendera merah putih.
Menempuh perjalanan yang meski melelahkan namun tetap semangat para prajurit tetap berkobar. Mereka tak terlihat lelah apalagi hingga harus beristrirat sejenak namun terus saja menapaki jalanan terjal tanpa jeda sedikitpun. Memang target dari pendakian ini yakni harus melakukan salat Jumat berjamaah di puncak gunung yang terakhir kali meletus pada 2003 itu.
Sekitar tiga setengah jam kemudian, suhu udara di gunung mulai berubah. Hawa yang awalnya terasa panas menyengat mulai berangsur sejuk. Kawanan pepohonan pala dan cengkeh yang menjadi perkebunan utama warga Ternate mulai berkurang berganti pohon-pohon liar dan rerumputan yang tak terurus.
Baru saat memasuki pos 2 yang tinggal berjarak beberapa kilometer dari puncak gunung, Danrem pun memberi instruksi agar seluruhnya beristirahat sejenak. Terlihat beberapa tentara mengupas batas pohon kayu manis untuk dihisap airnya.
“Di hutan, air kayu manis bisa menghilangkan rasa haus sama seperti meneguk sebotol air mineral,” ujar seorang prajurit berpangkat bintara.
Setelah perjalanan dilanjutkan kembali, rombongan akhirnya tiba di kawasan lorong Kano-kano sekitar pukul 11.00 WIT. Nama Kano-kano ini merupakan sebuatan warga setempat untuk kawasan yang hanya berisi rumput ilalang dengan tingginya kurang lebih 3 meter dan membentuk sebuah lorong yang panjangnya kurang lebih 1 Km.
Namun, perjalanan harus terhanti sejenak karena ada ritual khusus yang harus dilakukan sebelum memasuki lorong Kano-kano ini. Tradisinya, setiap pendaki yang menaiki puncak gunung harus terlebih dahulu melakukan adzan layaknya panggilan untuk salat.
Dua orang warga yang mendampingi para prajurit pun melaksanakan adzan. Konon hal itu wajib dilakukan untuk meminta keselamatan pada Sang pencipta. Buktinya, antara percaya atau tidak, sebuah keajaiban alam pun terjadi.
Sebelumnya, kawasan gungung terlihat dikepung awan. Jarak pandang pun hanya pada kisaran 5 sampai 7 meter saja. Namun, anehnya bin ajaib, selepas berkumandangnya adzan, kabut yang semula mengepung tempat itu dan daerah sekitar puncak gunung perlahan bersih dan jarak pandang pun terlihat luas membentang.
"Ini memang bukan sekadar cerita belaka. Jadi kalau ada ritual seperti ini sebagaimana sering diceritakan para pendaki sebelumnya, baru saya buktikan hari ini,” ujar Erwin, salah satu wartawan yang ikut dalam ekspedisi itu.
Selepas melewati panjangnya lorong Kano-kano, maka langsung tiba di kawasan puncak gunung. Lagi-lagi pendaki wajib untuk mengunjungi (berziarah) ke jere (tempat keramat) berupa kuburan dipercaya adalah kuburan sultan Ternate pertama. Kuburan itu sendiri diceritakan mencul dengan sendirinya.
Tepat pukul 12.15 WIT, rombongan terutama yang beragama Islam pun bersiap untuk melakukan salat Jumat berjamaah tepat di kawasan dataran yang penuh dengan bebatuan lava bekas letusan yang mongering hanya sekitar 500 meter dari puncak gunung.
Walau sederhana dan tidak serapi dilaksanakan dalam masjid, tetapi salat Jumat yang diawali khotbah itu tetap berlangsung khusyuk. Dandim Ternate Harfudin Daeng misalnya, terlihat mengenakan jaket lorengnya sebagai pengganti sajadah.
Usai salat Jumat berjamaah, Danrem Agus SB kemudian memberikan arahan terkait rangkaian kegiatan HUT Korem. Dengan penuh semangat diikuti teriakan seluruh prajurit, Danrem lalu menancapkan bendera di puncak Gunung Gamalama.
Seluruh prajurit pun lantas mulai melakukan aksi pembersihan dengan menyisiri gunung untuk mengangkat sampah-sampah yang berserakan. Tak sampai disitu, meski terkepung Kabut, seluruh prajurit kemudian berjalan menyisiri gunung mencari sampah untuk di bersihkan, dan baru setelah pukul 14.00WIT seluruh pasukan kembali turun.
"Pemandangannnya sangat indah. Ditambah ritual warga sekitar menjadi pengalaman yang punya arti tersendiri bagi saya dan para prajurit. Saya berharap bagi warga yang mendaki gunung agar senantiasa menjaga keindaan alam ini tentunya," ujar Danrem ke-6 Korem 152 itu singkat.
Tepat pukul 16.00, seluruh rombongan akhirnya kembali dengan melewati jalur pendakian. Seluruh pasukan bersama wartawan akhirnya sampai di tempat semula yaitu kelurahan Marikurubu sekira pukul 20.00 WIT.
Sumber:
OKEZONE