Jakarta - Ketua Komisi Pertahanan DPR RI, Mahfudz Siddiq mengatakan di Jakarta baru-baru ini (17/8), bentuk kerja sama petahanan maritim, atau pertahanan wilayah laut perlu menjadi prioritas kemitraan Indonesia dan Tiongkok.
Menurut Mahfudz, walau Indonesia bukan bagian dari para pihak atau subjek langsung dalam konflik di kawasan Laut China Selatan, namun kemitraan Indonesia dan Tiongkok cukup strategis. “Yang paling dekat adalah kerja sama di bidang pertahanan untuk pengamanan wilayah laut ya. Ada alur perdagangan yang Indonesia juga punya kepentingan", ujar Mahmud.
Kerja sama teknologi militer antara Indonesia dengan Tiongkok dirasa masih cukup minim."Tiongkok merupakan kekuatan politik strategis dan sangat berpengaruh di kawasan Asia Tenggara maupun di Asia secara keseluruhan. Dan kemajuan di bidang pertahanan dan industri pertahanannya juga sangat pesat ya”, demikian ungkap Mahmud mengenai kemajuan industri pertahanan Tiongkok.
Lebih lanjut dikatannya, kepentingan pengamanan kawasan harus terus didorong ke arah yang konstruktif. Kerja sama pertahanan Indonesia dengan Tiongkok dianggap belum melampaui kemitraan pertahanan yang dijalin Indonesia dengan para anggota ASEAN, Korea Selatan, Australia dan Jepang.
Sebelumnya, pengamat pertahanan Wawan Purwanto mengapresiasi cukup positif rencana peningkatan kemitraan Indonesia dengan Tiongkok di bidang pertahanan. Menurut Wawan, kemampuan pertahanan yang memadai yang dimiliki Tiongkok telah mendorong pertumbuhan ekonomi negeri itu.
Dalam sebuah lawatan kenegaraan akhir tahun lalu di Beijing, Tiongkok (Oktober 2010), Wakil Presiden RI Boediono mengatakan, Indonesia masih akan mempertimbangkan tawaran Tiongkok untuk kerja sama bidang pertahanan.
Sampai sekarang, kerja sama teknologi yang cukup menonjol antara Indonesia dan Tiongkok baru sebatas riset bersama antar pakar kedua negara, dalam pengembangan teknologi roket dan rudal.
Sejak tanggal 25 April 2005 lalu, kedua negara, Indonesia dan Tiongkok resmi menjalin kemitraan strategis di berbagai bidang, antara lain ekonomi, politik, sosial dan budaya, termasuk kerja sama energi.
Sumber : VOA
Readmore --> Komisi I DPR RI : Kerjasama Pertahanan Indonesia Dengan China Perlu Ditingkatkan
Menurut Mahfudz, walau Indonesia bukan bagian dari para pihak atau subjek langsung dalam konflik di kawasan Laut China Selatan, namun kemitraan Indonesia dan Tiongkok cukup strategis. “Yang paling dekat adalah kerja sama di bidang pertahanan untuk pengamanan wilayah laut ya. Ada alur perdagangan yang Indonesia juga punya kepentingan", ujar Mahmud.
Kerja sama teknologi militer antara Indonesia dengan Tiongkok dirasa masih cukup minim."Tiongkok merupakan kekuatan politik strategis dan sangat berpengaruh di kawasan Asia Tenggara maupun di Asia secara keseluruhan. Dan kemajuan di bidang pertahanan dan industri pertahanannya juga sangat pesat ya”, demikian ungkap Mahmud mengenai kemajuan industri pertahanan Tiongkok.
Lebih lanjut dikatannya, kepentingan pengamanan kawasan harus terus didorong ke arah yang konstruktif. Kerja sama pertahanan Indonesia dengan Tiongkok dianggap belum melampaui kemitraan pertahanan yang dijalin Indonesia dengan para anggota ASEAN, Korea Selatan, Australia dan Jepang.
Sebelumnya, pengamat pertahanan Wawan Purwanto mengapresiasi cukup positif rencana peningkatan kemitraan Indonesia dengan Tiongkok di bidang pertahanan. Menurut Wawan, kemampuan pertahanan yang memadai yang dimiliki Tiongkok telah mendorong pertumbuhan ekonomi negeri itu.
Dalam sebuah lawatan kenegaraan akhir tahun lalu di Beijing, Tiongkok (Oktober 2010), Wakil Presiden RI Boediono mengatakan, Indonesia masih akan mempertimbangkan tawaran Tiongkok untuk kerja sama bidang pertahanan.
Sampai sekarang, kerja sama teknologi yang cukup menonjol antara Indonesia dan Tiongkok baru sebatas riset bersama antar pakar kedua negara, dalam pengembangan teknologi roket dan rudal.
Sejak tanggal 25 April 2005 lalu, kedua negara, Indonesia dan Tiongkok resmi menjalin kemitraan strategis di berbagai bidang, antara lain ekonomi, politik, sosial dan budaya, termasuk kerja sama energi.
Sumber : VOA