Harga mahal itu, kata Ediwan, adalah konsekuensi dari pemerintah Amerika Serikat. "Mereka ingin standar keselamatan yang tinggi. Tidak mau kalau helikopter itu jatuh di sini (Indonesia) dan merugikan citra mereka," kata dia.
Rencana pembelian delapan helikopter Apache Longbow AH 64 D itu sudah dikabulkan oleh kongres negeri Abang Sam. "Congress notification sudah kami terima, kini tinggal tunggu persetujuan DPR kita," kata Ediwan.
Untuk menyiasati mahalnya harga heli Apache, Kementerian akan menyesuaikan perencanaan anggarannya. "Kami akan sesuaikan pos anggaran yang lain agar bisa mencukupi."
Harga per unit heli Apache sendiri diperkirakan mencapai US$ 40 juta. Kementerian Pertahanan dan TNI AD sebelumnya sudah menandatangani kontrak pengadaan heli serbu dan heli serang dengan PT Dirgantara Indonesia. Kontrak tersebut masing-masing bernilai US$ 90 juta dan US$ 170 juta.
Sumber : TEMPO
Berita Terkait:
1 komentar:
INI SANGAT BAIK KARENA PT , DI SEHARUS NYA MENCETAK 1000 SERIBU UNIT HELICOPTER BERBAGAI JENIS UNTUK MARKET INDONESIA NASIONAL DAN INTERNASIONAL KALAH PRODUKSI DENGAN AMERIKA, RUSIA, CHINA, JAPAN, KOREA, PADAHAL PT, DI INDONESIA SUDAH SANGAT TERDENGAR KANCA GO INTERNASIONAL, JADI PEMBELI BISA LELUASA MEMILIH HELI YANG DI INGINKAN NYA DAN MENGETAHUI MASING MASING JENIS TEGNOLOGI NYA CIPTA AN PT DI
Post a Comment