Kegiatan yang berlangsung mulai tanggal 4 hingga 15 Agustus tersebut bertujuan untuk menghancurkan ranjau atau membuat rangkaian/system pemicu ledakan ranjau tidak dapat berfungsi.
Diperkirakan ranjau-ranjau tersebut merupakan peninggalan Perang Dunia II yang terbenam di bawah lumpur dasar laut sedalam 3 sampai 5 meter pada kedalaman laut 8 hingga 30 meter.
“Setelah proses netralisasi, kegiatan dilanjutkan dengan melaksanakan rechecking (chek ulang) untuk memastikan bahwa area tersebut benar-benar telah bersih dari ranjau,”kata Komandan Satuan Ranjau Koarmatim Kolonel Laut (P) Benny Sukandani, SE, MM yang sekaligus bertindak selaku komandan latihan.
Lebih lanjut dikatakan Komandan Satran Koarmatim, pada saat kegiatan dinyatakan selesai atau kontak ranjau yang ditemukan berhasil dinetralisasi, maka Mabes TNI AL dalam hal ini Dinas Hidro-oseanografi TNI AL akan membuat peta laut dengan memberikan tanda area yang telah dibersihkan sebagai daerah bebas ranjau, kemudian diinfokan kepada seluruh pengguna laut melalui Berita Pelaut Indonesia (BPI) bahwa area tersebut dapat digunakan untuk menunjang pembangunan nasional.
Kegiatan latihan itu sendiri dimulai sejak tanggal 23 Mei 2011, yang melibatkan 172 personel yang terdiri dari personel Satran Koarmatim yaitu Kapal Perang Type Buru Ranjau KRI Pulau Rengat-711, Diskesarmatim, Satkopaskaarmatim, Dislambair, Arsenal, Labinsen dan Dishidros TNI AL. Latihan direncanakan berakhir hingga tanggal 27 Agustus mendatang.
Sumber : ARMATIM
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment