Kontrak sebesar itu antara lain berasal dari India, yang memesan 40 pesawat tempur Sukhoi Su-30MKI senilai 2 miliar dollar AS. Pesawat varian dari Su-30 ini akan dibuat bersama dengan perusahaan pembuat pesawat India, Hindustan Aeronautics. "Ada peluang sangat besar Angkatan Udara India akan menandatangani pembelian 40 Su-30MKI akhir tahun ini," tutur Direktur CAST Ruslan Pukhov.
Sebelumnya, India telah memesan 16 pesawat MiG-29K/KUB, varian MiG-29 yang bisa beroperasi dari kapal induk. Sebelas pesawat pesanan tersebut telah dikirim pekan ini. "Mereka (India) tak pernah merasa cukup dengan senjata (buatan) Rusia," imbuh Pukhov.
Pemesan kedua adalah Kementerian Pertahanan Rusia sendiri, yang berminat memberi 24 MiG-29K untuk menggantikan armada Su-33, yang selama ini menjadi tulang punggung kekuatan udara yang bisa beroperasi dari satu-satunya kapal induk Rusia, *Admiral Kuznetsov*. Kontrak ini bernilai 960 juta dollar AS.
Sementara kontrak ketiga, yang diharapkan bisa segera ditandatangani, adalah pembelian enam pesawat jet latih tempur Yak-130. Enam pesawat ini pada awalnya dipesan oleh Libya sebelum PBB menerapkan embargo senjata. Menurut Pukhov, calon kuat pembeli pesawat-pesawat ini adalah Kazakstan.
Ekspor senjata Rusia tahun lalu hampir menyentuh nilai 10 miliar dollar AS, menjadikan negara itu tetap bercokol sebagai eksportir senjata terbesar kedua di dunia setelah AS. Penjualan persenjataan Rusia sempat menurun tahun ini setelah meletusnya gelombang revolusi dan musim semi Arab di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Sebagian negara di kawasan ini, seperti Aljazair, Suriah, dan Libya, selama ini dikenal sebagai pelanggan setia produk-produk senjata Rusia.
Rusia juga dicoret dari daftar calon pemasok proyek pengadaan pesawat tempur India senilai 11 miliar dollar AS, April lalu, setelah India lebih condong pada pesawat Rafale buatan Perancis dan Eurofighter Typhoon buatan konsorsium Eropa.
"Ada unsur politis dalam keputusan (India) itu. Mereka tahu telah membeli terlalu banyak senjata dari Rusia, jadi demi alasan diplomatik, mereka harus berusaha menyeimbangkan pemasok (senjata) mereka," papar Pukhov.
Meski demikian, penjualan persenjataan Rusia diperkirakan akan terus stabil dengan datangnya beberapa calon pembeli baru. Vietnam, misalnya, selain memesan enam kapal selam kelas Kilo 636 juga memesan 12 pesawat tempur Su-30MK2.
Sumber : KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment