Hasannudin mengatakan persoalan terbesar militer Indonesia ada pada kualitas alat utama sistem persenjataan (Alutsista). Dia mengungkapkan sampai saat ini masih ada kesatuan militer yang menggunakan senjata peninggalan perang kemerdekaan. "Senjata tahun 1943 masih digunakan," ujar Hasanuddin.
Rendahnya kualitas alutsista militer Indonesia menurut Hasannudin tak lepas dari keterbatasan anggaran yang dimiliki pemerintah. Saat ini anggaran pertahanan hanya sebesar Rp 70 triliun. Padahal idealnya, anggaran militer berkisar di angka Rp 300 triliun. Namun demikian Hasanuddin mengakui bila anggaran militer Indonesia mengalami peningkatan tiga kali lipat dibandingkan tahun 2004.
Di bandingkan kualitas alutsista, jumlah personil militer (infantri) Indonesia tidaklah terlalu memprihatinkan. Hasanuddin mengatakan kuota personil tentara Indonesia saat ini relatif cukup untuk menjaga keamanan Indonesia.
Hasanuddin berharap pemerintah bisa memenuhi program Minimum Esensial Force. Program ini merupakan upaya meningkatkan standar kualitas militer Indonesia. Tanpa ini, Hasanuddin menyakini militer Indonesia akan kewalahan menjaga kedaulatan NKRI dari serangan asing. Pasalnya meskipun militer Indonesia menang jumlah personil tapi secara kecanggihan alat perang Indonesia masih di bawah standar.
"Kalau perang person to person mungkin kita menang. Tapikan sekarang semua sudah pakai teknologi," ujar Hasanuddin.
Sumber : Republika
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment