Kontrak tersebut berasal dari pesanan pesawat Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) dan Angkatan Udara (AU).
Asisten Direktur Utama Bidang Sistem Jaminan Mutu PT Dirgantara Indonesia, Soni Saleh Ibrahim, mengatakan, sepanjang sejarah, nilai kontrak tersebut merupakan yang terbesar. “Ini seiring niat pemerintah memberdayakan industri strategis,” kata Soni di Bandung, Selasa (18/9).
Soni memaparkan, kontrak itu terdiri dari pemesanan sembilan pesawat CN 295 untuk TNI Angkatan Udara, 25 unit helikopter Bell 412 EP untuk TNI Angkatan Darat, serta 6 unit helikopter EC 725 pesanan TNI Angkatan Udara.
Nilai kontrak itu meningkat dari pemesanan 2011 sekitar Rp1 triliun. Adapun pemesanan pada tahun lalu, terdiri dari 1 unit pesawat NC 212-400 dengan konfigurasi pembuat hujan dari Thailand, 3 unit helikopter Bell 412 EP dari TNI Angkatan Laut, 4 unit helikopter Bell 412 EP dari TNI Angkatan Darat, serta 2 helikopter Super Puma NAS 332 dari TNI Angkatan Udara.
Untuk mengantisipasi banyaknya pesanan, kata Sony,PTDI mulai melakukan rekrutmen tenaga teknik baru. Sebelumnya, Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia PT Dirgantara Indonesia, Sukatwikanto mengatakan perekrutan itu akan dilakukan bertahap hingga tahun 2015 mendatang.
PT Dirgantara Indonesia menargetkan rekrutmen rata-rata 300 orang setiap tahunnya terhitung mulai tahun 2012 ini.
Saat ini PTDI memiliki 2 ribu tenaga kerja muda dan 2 ribu orang yang bakal selesai masa kerjanya pada 2020 mendatang. Manajemen memutuskan untuk membuka rekrutmen serta pelatihan bagi para tenaga kerja baru. “Rekrutmen itu dibutuhkan untuk regenerasi,” tambah Sukatwikanto.
PT Dirgantara Indonesia juga melakukan roadshow ke berbagai perguruan tinggi untuk menyosialisasikan program rekrutmen ini. “Kami sudah jalan ke Universitas Hasanudin di Makassar serta Universitas Udayana di Bali. Selanjutnya akan ke Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Selatan,” tutur Sukatwikanto.
Terkait produksi pesawat tahun 2013-2014, Soni mengatakan, pihaknya bakal mengerjakan 11 unit helikopter anti kapal selam untuk TNI Angkatan Laut, 3 unit helikopter Bell 412 EP untuk Polisi Udara.
Selanjutnya 2 unit CN 235 anti kapal selam, 2 unit CN 235 versi military transport, serta 2 pesawat NC 212-200 untuk Filipina Air Force, serta 3 unit CN 235 untuk Brunei Royal Air Force. “Nilai kontraknya sekitar Rp2,5 triliun,” tambah Soni.
Untuk mengerjakan pesanan tersebut, PT Dirgantara membutuhkan belanja modal sekitar 60 persen dari nilai kontrak. “Pembuatan satu pesawat itu memakan antara 6 ribu hingga 10 ribu jam kerja, tergantung jenis pesawatnya,” terang dia.
Sumber : Berita Satu
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment