"Kami berupaya renegosiasi lagi masalah harga," kata Purnomo saat ditemui di Hotel Sultan, Jakarta, kemarin malam, Kamis, 18 April 2013.
Purnomo mengaku harga yang ditawarkan Amerika Serikat sangat mahal. Satu heli dihargai US$ 40 juta atau sekitar Rp 388 miliar per unit. Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ini ingin Amerika Serikat menurunkan harga Apache. "Kami maunya dengan harga itu dapat tiga helikopter," kata Purnomo sambil tertawa.
Kemarin, Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Tubagus Hasanuddin menyatakan Indonesia batal membeli Apache dengan alasan harga terlalu mahal. Untuk pembelian alat sistem pertahanan bagi TNI Angkatan Darat, dia melanjutkan, diprioritaskan pada tank tempur utama Leopard.
Batalnya Apache bukan berarti Indonesia tak jadi beli helikopter serbu. Sebab, Indonesia mengalihkan pandangan ke 16 helikopter Bell buatan PT Dirgantara Indonesia yang harganya sekitar Rp 160 miliar. Hasanuddin beralasan harga Bell lebih murah ketimbang Apache. "Tapi, memang Bell tidak sehebat Apache," kata dia.
Sumber : TEMPO
Berita Terkait:
3 komentar:
setujuh dengan menha 16 unit heli dengan harga 160 millayar di PTDI dengam sumber daya manusia dan bahan bahan matrial matrial di NKRI indonesia raya ini yang besar dan RAKSASA
saran kod PT DI, ayo perlihatkan prototype helikopter gandiwa, siapa tahu jika apache batal dibeli kemenhan membeli utk TNI darat helikopter gandiwa, perlihatkan bhw PT DI bisa membuat tdk hanya bisa membuat dan menempel gambar di pameran pertahanan,
kpd pengambil kebijakan ayo dukung dana utk PT. DI dalam mebuat prototype helikopter gandiwa, kalau ada kekurangan khan bisa diperbaiki, mahal memang utk membuat prototype, itu adalah resiko, supaya indonesia punya helikopter serbu atau serang ringan nasional dan bukan beli dr negara lain
Post a Comment