"Biaya yang akan dikeluarkan Pemerintah untuk perbaikan satu Hercules hibah terlalu besar," ujar Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin kepada wartawan di Jakarta, Senin (3/7).
Selain mengibahkan enam Hercules bekas, pemerintah Australia menawarkan pembelian pesawat Hercules baru dengan jenis sama senilai 90 juta dolar Amerika Serikat untuk enam unit. "Padahal di saat yang bersamaan pemerintah Australia juga menawarkan pembelian 6 unit pesawat Hercules sejenis yang siap operasi senilai 90 juta dollar Amerika," kata Tubagus, di Gedung DPR, Senin (2/7).
Pada pertengahan 2011 pemerintah melalui Kementerian Pertahanan melaporkan rencana hibah Hercules. Namun, memerlukan dana untuk perbaikan. Karena dirasa perlu dan mendesak, Komisi I saat itu menyetujui.
Akan tetapi beberapa bulan kemudian Kemhan melaporkan bahwa pemerintah Australia membatalkan hibah tersebut. Dan baru pada awal tahun 2012 pemerintah menyampaikan ulang bahwa hibah lima pesawat dari Australia itu jadi dilaksanakan. "Dalam waktu dekat ini kami akan meminta penjelasan ke Kemhan kenapa memilih hibah daripada membeli yang siap beroperasi," kata TB Hasanuddin.
Rencananya, pesawat Hercules itu digunakan untuk menggantikan Fokker 27 yang dilarang terbang lagi sambil menunggu pesawat CASA N-295 dari Spanyol. Hibah akan dilakukan bersamaan dengan kunjungan Presiden ke Australia. Kunjungan dalam rangka pertemuan tahunan kedua pimpinan Indonesia-Australia ini terfokus pada isu ekonomi, yaitu perdagangan dan investasi sapi juga infrastruktur.
Sumber : Suara Karya
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment