"Sekarang cat-nya masih RAAF, nanti dicat jadi TNI AU. Biayanya untuk empat unit sekitar AUD 50 juta termasuk beli suku cadang," KSAU Imam Sufaat, di RAAF Base, Darwin, NT, Australia, Senin (2/7/2012).
Hal ini disampaikan setelah penandatanganan dokumen hibah pesawat. Dokumen ditandangani Sekjen Kemenhan Eris Harryanto bersama Air Vice Marshal David Hupfeld sekitar 30 menit setelah pesawat kepresidenan RI mendarat di RAAF Base, Darwin, Australia.
Jumlah pesawat Hercules yang dimiliki TNI AU saat ini 21 dari 30 unit kebutuhan minimalnya. Maka empat pesawat hibah dari RAAF ini sangat berarti terlebih kondisinya yang sangat terawat.
"Empat unit dari RAAF ini seri H buatan 1978 dengan airframe 15 ribu jam dan terawat sangat baik, jadi kondisinya bagus makanya kami terima hibahnya. Kalau beli baru, sekarang USD 100 juta per unit pesawatnya saja," papar Imam.
Di dalam sambutannya, Menhan Poernomo Yusgiantoro menyatakan empat unit pesawat hibah RAAF itu akan digunakan untuk operasi militer non perang. Prioritasnya adalah misi tanggap darurat pasca bencana alam.
"Pesawat angkut seperi ini kami perlukan operasi militer non perang seperti tanggap darurat bencana alam," ujarnya.
Di dalam kesempatan sama, Menhan Australia, Kevin Smith, berniat memberi bantuan pesawat angkut setelah Australia terlibat operasi tanggap darurat bencana alam di Indonesi. Pada saat itulah mereka melihat bahwa TNI masih kekurangan pesawat angkut berat untuk keperluan membawa bahan logistik bantuan ke daerah dilanda bencana.
"Saya harap dengan pesawat ini, kapabilitas TNI dalam tanggap darurat bencana alam semakin meningkat," ujar Kevin Smith.
Pada acara penandanganan nota hibah, ada satu unit Hercules C-130 H yang dihadirkan ke lokasi. Sedangkan tiga sisanya masih di RAAF Base, Sidney, Australia, dan diharapkan tiba di Indonesia dalam waktu dekat.
Sumber : DETIK
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment