"Ya tentunya sangat menggembirakan, meski belum sepenuhnya mencakup seluruh kebutuhan," kata Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono kepada wartawan di Lanud Halim Perdanakusuma, Rabu (3/10).
Menurut Agus, anggaran tersebut nantinya digunakan untuk memenuhi empat program pokok TNI, belanja pegawai termasuk gaji, pengadaan alutsista, pemeliharaan, dan belanja barang untuk menopang kegiatan operasional.
"Ini semua terkait erat dengan blue print masing-masing kepala staf," kata Agus.
Sedangkan untuk alutsista, TNI akan memprioritaskan pengadaannya dari dalam negeri. Untuk itu, Agus berharap supaya industri militer Indonesia bisa konsisten membangun dan meningkatkan kualitas.
"Sedangkan yang belum diproduksi di Indonesia, kita akan join production," terangnya.
Untuk blue print TNI Angkatan Laut, pengadaan alutsista di antaranya tiga kapal selam dari Korea Selatan, satu skuadron helikopter anti kapal selam, kapal cepat missil kendali, dan amunisi untuk melengkapi perlatan tersebut.
Angkatan Darat sendiri, dalam rancangan 2010-2014 mengadakan satu batalion rudal anti pesawat, melengkapi dua batalion dengan multi launcer rocker, dan tank leopard.
"Leporard agak panjang, mereka belum bisa datang untuk Oktober. November insya Allah 44 unit," kata Kepala Staf Angkatan Darat, (Kasad) Jenderal TNI Pramono Edy Wibowo.
Sedangkan untuk TNI AU yang mendapat alokasi sekitar Rp 8 triliun, pada tahun kerja 2013 utamanya digunakan untuk pembayaran kenaikan gaji pokok, dan perawatan pesawat.
"Dengan datangnya pesawat banyak, butuh anggaran besar. Kebutuhan baru 40 persen," kata Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal TNI Imam Syufaat.
Seperti pesawat angkut Hercules. Meski Indonesia sudah memiliki 13, namun angka itu belum cukup jika dibandingkan dengan tanggung jawab menjaga kedaulatan udara.
Untuk itu, TNI AU sedang bekerjasama dengan pemerintahan Australia terkait tambahan 10 pesawat Herculles dan 30 F-16 dari Amerika.
"Sampai saat ini, sudah sesuai rencana. Pada 5 oktober, ada tambahan 8 sampai 12 peswat sudah datang," pungkasnya.
Namun, pesawat tempur tersebut belum termasuk amunisi. Untuk persenjataan, Indonesia diharuskan mengusahakannya sendiri.
Sumber : Merdeka
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment