"Pemerintah mewaspadai broker pengadaan alutsista dari luar negeri. Itu harus diputus," imbuhnya, Rabu (1/2).
Al Muzammil mengatakan, mereka ini telah menyebabkan anggaran alutsista menjadi besar karena harus menambah anggaran dan berpeluang terjadinya tindak pidana korupsi. Menurutnya, jangan menganggap semua anggota DPR itu adalah broker anggaran dan bermain dengan isu penolakan ini.
"Kami komitmen untuk memutus mata rantai mafia anggaran baik di eksekutif, legislatif, maupun pihak swasta,” Ujarnya.
Kadispen AU, Marsekal Muda Azman Yunus, membantah adanya rencana membeli pesawat intai tanpa awak dari Israel, karena pihaknya tidak pernah merencanakan hal itu. TNI AU saat ini menunggu penyelesaian dua pesawat intai buatan PT Dirgantara Indonesia. PT DI sendiri tengah menunggu penyelesaian dua pesawat intai CN 235.
"Kami tidak akan beli pesawat intai dari Israel atau luar negeri. Belum ada opsi ke sana," katanya.
Saat ini TNI AU baru memiliki dua pesawat intai dengan awak. Satu pesawat intai tipe CN 235 yang disiagakan di Skuadron Makassar dan satu lagi tipe Boeing 737.
Pihaknya lebih mengutamakan produk buatan PT DI ketimbang produk luar negeri.
Keperluan belanja alutsista dari luar negeri baru diprioritaskan untuk keperluan tempur. “Misalnya pembelian Sukhoi," ujarnya.
Sumber : Republika
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment