Hal itu dikatakan penerbang senior TNI-AL, Laksma TNI (purn) Eddy Tumengkol kepada Waspada Online hari ini. "Satelit memberikan kemampuan kepada tiap markas militer untuk menyaksikan serta mengendalikan aktivitas pasukan di lapangan," kata Eddy.
Mantan Atase Pertahanan RI di AS dan Australia itu mencontohkan, operasi rahasia AS menangkap Osama bin Laden, hanya mungkin dilakukan dengan penggunaan satelit. Dimana terjadi komunikasi intens antara markas pengendali dan petugas di lokasi. Operasi itu disaksikan langsung oleh petinggi Gedung Putih dan dikendalikan langsung secara taktis oleh pimpinan tugas yang bersangkutan, katanya.
"Seharusnya Mabes TNI, Mabes tiap angkatan; Mabes Polri, Markas Bakorkamla, Markas BIN, Kantor Kepresidenan dan sebagainya, dilengkapi dengan ruang kendali operasi," Eddy berpendapat.
Dari ruang kendali ini, lanjut Eddy, semua operasi di lapangan (darat, laut, udara) yang berlangsung dapat disaksikan langsung sekaligus dijalin komunikasi dengan petugas di lapangan. Dan ruang kendali itu harus dilengkapi dengan teknologi satelit. "Tapi sayangnya, sistem pendukung seperti satelit tidak pernah dibahas dalam berbagai forum Hankam kita. Selalu saja alutsista yang dibicarakan. Sementara, hal penting lain seperti dilupakan."
Fasilitas pendukung seperti satelit dan optimalisasi kemampuan personil pengguna seakan luput dari perhatian. "Seakan-akan para pemikir Hankam kita kurang tanggap akan perkembangan seni perang dan segala elemen pendukungnya," tambah Eddy.
Meski tidak tersedia informasi dan bukti pasti, dalam hemat Eddy, dengan teknologi satelit, tidak mengherankan bila Singapura dan Malaysia bisa mengikuti segala kegiatan yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia secara bebas. Dan Indonesia sama sekali tak dapat mencegahnya. "Sebaiknya Indonesia mengadakan kerja sama dengan negara-negara yang sudah lebih jauh dalam penggunaan satelit serta fasilitas canggih lainnya," usul Eddy.
Menurut Eddy lagi, kerja sama itu sangat penting, karena nanti, satelit juga bisa dimanfaatkan untuk bidang-bidang non-Hankam, seperti perhubungan dan industri.
Jaleswari Pramodhawardani, peneliti LIPI dengan spesialisasi bidang pertahanan dan militer, mengatakan hal yang serupa. Berbeda dengan radar, teknologi satelit ini merupakan sistem pemantau situasi sebuah wilayah yang menggunakan pencitraan satelit. Teknologi ini mampu menangkap gambar secara nyata dan real time.
"Sebaiknya TNI dan Kemhan memasukkan ini dalam Renstra yg diterjemahkan dalam MEF," katanya kepada Waspada Online.
Sumber : Waspada
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment