"Kita beli simulator tahun ini untuk meningkatkan kemampuan penerbang dan mengefisienkan pengeluaran," kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat, usai gladi resik HUT TNI AU di Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta, Sabtu (7/4).
Imam menyebutkan TNI AU masih terus menjajaki tiga negara yang menyediakan simulator pesawat jenis menengah tersebut. "Kami menjajaki, beli simulator dari Rusia, China, atau dari Kanada. Ada beberapa sumber dan kami akan cari yang terbaik, pertimbangannya adalah manual bahasanya," paparnya.
Ia menyebutkan, dasar utama pembelian simulator tersebut yaitu untuk merahasiakan kelemahan dan kekuatan setiap penerbang. Menurut Imam, apabila pilot diberi latihan di luar negeri, calon lawan bakal mengetahui dengan mudah skill setiap penerbang.
"Padahal di sini skill penerbanglah yang menentukan ketimbang kemampuan pesawatnya. Dengan adanya simulator, kita bisa mencetak pilot handal tanpa diketahui kemampuannya," ungkap Imam.
Pembelian simulator ini juga untuk menghemat pengeluaran operasional Sukhoi dan jaminan keselamatan pilot selama operasional.
"Setidaknya, dana yang harus dikeluarkan untuk 1 jam latihan Sukhoi mencapai Rp500 juta," ujarnya.
Saat ini, TNI AU sudah memiliki beberapa simulator pesawat seperti F16 dan Hercules.
Sumber : Media Indonesia
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment