"Kerja sama ini merupakan lanjutan kerja sama yang sudah ditandatangani pada 2005 lalu. Namun ada beberapa item perbaikan yang disetujui dan ditandatangni ulang," ujar Pramono di kantornya, Selasa 13 September 2011.
Kesepakatan yang ditandatangani di antaranya di bidang kebijakan strategis pertahanan, logistik, kerja sama industri pertahanan, pendidikan, dan pelatihan militer. Dalam bentuk konkretnya kerja sama kedua negara, menurut Purnomo, di antaranya pertukaran intelijen, pertukaran pengalaman dan konsultasi, program pelatihan dan pendidikan.
Hal lain yang menurut Pramono dinilai sangat penting adalah pengadaan alutsista yang meliputi teknologi dan bantuan teknis kerja sama industri pertahanan. "Kerjaama ini untuk mengembangkan alutista kita yang sudah 13 tahun ketinggalan dan jadi bagian reformasi jilid dua," ujar Purnomo.
Menurut Purnomo, peningkatan kerja sama dengan Serbia didasarkan pada teknologi dan mutu hasil industri pertahanan negara pecahan Uni Soviet itu sesuai dengan standar internasional, yaitu NATO. Terbukti dengan adanya beberapa produsen amunisi dari negara-negara lain seperti Belgia, Spanyol, dan Malaysia yang membeli komponen tertentu dari industri pertahanan Serbia. "Keunggulan pabrik senjata dan amunisi Serbia dapat dimanfaatkan sebagai alternatif penjajakan kerja sama alih teknologi dengan industri pertahanan RI," ujarnya.
Menteri Pertahanan Serbia Dragan Sutanovac menyatakan sangat menyambut positif kerja sama ini. Sejak dilakukan kerja sama militer pada 1946, dia menyebutkan hubungan kerja sama militer RI-Serbia sudah berjalan baik. "Kami percaya dengan kerja sama ini akan hubungan kedua negara akan lebih baik," lanjutnya.
Menurut Dragan, selain soal industri pertahanan, Serbia juga akan fokus pada pengembangan rumah sakit militer. Apalagi, kata Dragan, rumah sakit militer di Serbia termasuk yang terbaik di dunia. "Kami juga ingin bekerja sama dalam pengembangan industri kesehatan militer di Indonesia," ujarnya.
Kerja sama bidang kesehatan ini dibenarkan oleh Purnomo. Kerja sama nantinya bisa berupa pelatihan dokter.
Sumber : TEMPO
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment