Situasi dan kecenderungan lingkungan strategis baik global, regional maupun nasional bergerak sangat dinamis dan unpredictable karena ketidakstabilan menjadi trend dominan, kata Kasal Laksamana TNI Soeparno dalam amanatnya pada upacara peringatan Hari Armada RI tahun 2011 yang dipusatkan di dermaga Komando Armada RI Kawasan Timur, Ujung, Surabaya, Senin (5/12).
Peringatan Hari Armada RI kali ini dihadiri Pangarmatim Laksda TNI Ade Supandi, S.E., dan Pangarmabar Laksda TNI Didit Herdiawan, MPA, MBA., serta para pejabat teras TNI AL lainnya. Selain itu juga hadir sejumlah mantan Kasal, antara lain Laksamana TNI (Purn) Sudomo, Laksamana TNI (Purn) Arief Kushariadi, Laksamana TNI (Purn) Achmad Sutjipto, Laksamana TNI (Purn) Indroko S. dan Laksamana TNI (Purn) Bernard Kent Sondakh.
Menurut Kasal, dinamika politik dan keamanan internasional semakin intens di bawah pengaruh fenomena globalisasi yang tidak mengenal batas negara (borderless). Interdependensi antarnegara semakin menguat, namun pada sisi lain persaingan antarnegara dalam melindungi kepentingan nasional juga semakin meningkat. Terjadinya krisis moneter yang melanda Eropa dan Amerika dan munculnya kekuatan-kekuatan baru seperti Cina dan India, mengakibatkan ketidakstabilan dunia sehingga negara-negara berkembang harus lebih mawas diri dalam mengelola sumber daya untuk melindungi kepentingan nasionalnya.
“Dalam satu dekade terakhir dinamika lingkungan strategis sarat dengan isu konflik perbatasan, senjata pemusnah massal, hak azasi manusia, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kelangkaan energi, lingkungan hidup, kejahatan lintas negara dan terorisme serta krisis moneter,” kata Laksamana TNI Soeparno.
Berkaitan dengan perkembangan lingkungan strategis tersebut, Kasal menegaskan bahwa Armada RI sebagai bagian dari TNI AL merupakan tulang punggung dalam melaksanakan kegiatan operasi untuk menjamin tegaknya kedaulatan dan hukum di wilayah laut NKRI. Tantangan tugas Armada RI selalu berkembang, baik dalam operasi militer untuk perang (OMP) maupun operasi militer selain perang (OMSP). Untuk menjawab tantangan tugas tersebut, ke depan diperlukan proses pembinaan dan pembangunan kemampuan dan kekuatan Armada RI yang meliputi tiga pilar pembangunan, yaitu kesiapan alutsista, profesionalisme dan kesejahteraan prajurit beserta keluarganya.
Dari komposisi alutsista yang tergabung dalam Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT), saat ini masih belum sepenuhnya mampu untuk melaksanakan tugas penegakan kedaulatan negara di laut secara optimal, karena banyak kapal-kapal yang sudah berumur tua dan tertinggal dari sisi teknologi maupun persenjataan.
Menyikapi hal tersebut, lanjut Kasal, TNI AL ke depan terus berupaya membangun dan mengembangkan kekuatannya dengan mengacu kepada pembangunan kekuatan pokok minimum (MEF), zero growth dan right sizing. Saat ini Pemimpin TNI AL telah menetapkan kebijakan dan strategi pembinaan TNI AL yang diarahkan dalam rangka “Terwujudnya TNI Angkatan Laut yang handal dan disegani”. Perwujudan pembangunan kekuatan pokok minimum TNI AL sebagai strategi yang dikembangkan dalam menyikapi kemampuan dan keterbatasan anggaran pertahanan negara, harus mampu mewujudkan tugas, peran dan fungsi TNI AL sebagai alat pertahanan negara guna menghadapi berbagai ancaman, jelas Laksamana TNI Soeparno.
Kasal menegaskan bahwa saat ini pengadaan berbagai macam alutsista tengah berjalan guna memperkuat jajaran Armada Republik Indonesia. Pengadaan ini dilaksanakan secara bertahap sesuai renstra TNI AL secara konsisten dan berkesinambungan, serta tetap mengedepankan keterpaduan matra dalam kerangka trimatra terpadu TNI.
Sumber: PIKIRAN RAKYAT
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment