“DPR memang telah mendengar atas rencana pembelian jet tempur dari Korsel tersebut. Namun yang pasti DPR belum memberikan persetujuan dalam hal itu. Mengingat pemerintah sendiri hingga kini belum pernah membicarakannya dengan DPR,” kata Mahfudz Siddiq di Kompleks Parlemen, Senin (30/5).
Mahfudz menjelaskan, Komisi I DPR baru akan menggelar rapat kerja dengan Dephan, Juni mendatang. Raker di antaranya akan mempertanyakan realisasi pengadaan pesawat tempur TNI AU.
“Termasuk adanya informasi, adanya keputusan yang dicapai oleh pemerintah dalam pengadaan pesawat temput T-50 buatan Korsel tersebut,” kata Wasekjen PKS ini.
Lebih lanjut Mahfudz mengatakan, Raker juga akan membahas soal proyeksi tambahan anggaran sebesar Rp 9 triliun pada APBN-P 2011 untuk Dephan. Akan dipergunakan belanja alutsista apa saja, dari negara mana dan berapa banyak.
“Nanti kita akan pertegas, untuk keputusan pemerintah dengan anggaran tambahan itu akan dipergunakan belanja alutsista apa saja dan jenisnya apa,” ujarnya.
Lebih lanjut Mahfudz mengatakan, sejauh ini Komisi I DPR belum memberikan keputusan atas beberapa skenario dalam penambahan alutsista TNI terutama dalam hal pesawat tempur untuk TNI AU. Baik soal penambahan pesawat Sukhoi dari Rusia untuk menggenapkan menjadi satu skuadron atau soal hibah pesawat F-16 bekas dar AS. Termasuk soal pembelian T-50 dari Korsel tersebut.
“Komisi I DPR baru akan memberikan persetujuan setelah pemerintah memberikan paparan atas rencana pembelian pesawat tempur tersebut. Yang pasti tidak mungkin, kalau sudah keputusannya membeli T-50 dari Korsel sudah fiks, kemudian juga mau beli Sukhoi dan F-16 bekas dari AS. Dari anggaran tidak mungkinlah. Makanya kita tunggu dulu penjelasan dari pemerintah,” katanya.
Korea Selatan akan segera merealisasikan pesanan 16 jet tempur T-50 Golden Eagle pada 2013. Pihak Negeri Ginseng sukses meneken kontrak 400 juta dolar AS dengan pemerintah Indonesia pada Rabu (25/5), sebagai bagian dari pembaruan sarana TNI AU.
Pesawat tempur supersonik itu buatan pabrik pesawat terbang Korsel, KAI. Perusahaan itu bekerja sama dengan Lockheed Martin asal Amerika Serikat. KAI memenangi tender yang digelar pada April 2011. Golden Eagle akan menggantikan pesawat Hawk MK-53 yang sudah tua.
Sumber : JURNAL PARLEMEN
Berita Terkait:
1 komentar:
tataian sia DPR,euweuh gawe,,,neangan komisi doang,,
Post a Comment