Perusahaan perkapalan Daewoo telah memiliki pengalaman memproduksi kapal selam U-209 untuk angkatan laut Korsel dan telah mendapatkan kontrak untuk upgrade kapal selam kelas Cakra. Meskipun demikian memiliki kelamahan dalam yaitu tekanan pada lambung kapal selam yang memiliki batasan tidak fleksibel dalam menjaga umur kapal selam mereka karena adanya masalah hidrolik. Indonesia telah melakukan tender pengadaan 3-6 kapal selam sejak tahun 2007 yang diikuti Perancis, Jerman, RUsia, Korsel dan bahkan Turki diisukan dalam pengadaan kapal selam tersebut.
Persaingan Desain Kapal Selam
Secara umum, Indonesia menginginkan 3-6 kapal selam diesel elektrik, saat ini ke lima negara memberikan laporan yang berbeda. Pertanyaan terbesar secara teknik dan politis adalah apakah Indonesia menginginkan kapal selam yang memiliki kemampuan Air Independent Propulsion (AIP) dan dapat menyelam hingga tiga minggu pada kecepatan rendah serta membuat kapal selam diesel elektrik untuk sulit terdeteksi, tetapi hal ini akan memicu ketegangan di kawasan regional dan negara-negara yang bertetangga dengan Indonesia. Indonesia sebenarnya lebih suka menggunakan cara-cara yang masih konvensional yaitu menunjukkan bendara dan sering muncul ke permukaaan pada saat di negara lain untuk menjaga hubungan baik. Tapi hal itu hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Indonesia sudah mengoperasikan varian U-209 dan ingin membeli lebih banyak kapal selam U-209 tetapi dengan sistem internal yang modern. Hal ini akan menghemat biaya dan biaya yang rendah untuk dukungan tambahan.
HDW Jerman telah mengekspor kapal selam jenis terbaru yaitu U-214 dengan sistem AIP yang lebih maju dari U-209 dan lebih mahal. Selain itu ada varian lain yaitu U-212 pesanan Jerman dan Italia,untuk U-214 antara lain Yunani, Korsel dan Turki.
Dan salah satu jenis kapal selam buatan HDW telah diproduksi di Jerman, Korsel, dan Turki. Turki telah memiliki pengaruh di negara-negara Islam, hal ini membuat Turki untuk mencoba menjual kapal selam tersebut. Korsel telah memiliki hubungan baik dengan armada kapal selam yang dimiliki TNI AL, ini merupakan keuntungan dari Korsel karena untuk mendapatkan tempat dan dukungan di kawasan regional.
Selain Itu DCNS Perancis juga memiliki tiga penawaran yang relevan. Yang paling menonjol yaitu Kapal selam jenis Scorpene yang telah dioperasikan Malaysia dan India. India telah merakit enam Scorpene buatan lokal, tapi terjadi penundaan karena mereka belum terbukti dalam ekspor kapal selam. Scorpene sendiri memiliki dua varian yaitu tanpa AIP dan menggunakan AIP, seperti yang dilakukan pendahulunya yaitu Agosta 90 B yang sedang produksi untuk Pakistan. Saat Ini Scorpene memiliki standar varian CM-2000.
Yang uniknya DCNS menawarkan kapal selam jenis Andrasta. Desain 885t yang kecil sehingga optimal untuk daerah pesisir yang cocok untuk perairan dangkal seperti Indonesia, seperti Jerman yang menggunakan U-206 yang dikabarkan Thailand berminat membeli U-206. Kapal selam Andrasta menggunakan teknologi dari Scorpene akan tetapi dengan daya jelajah yang pendek dan memiliki 6 tabung torpedo yang hanya bisa dimuat saat di dermaga, selain itu memiliki kemampuan stealth atau siluman dan memiliki biaya operasional yang rendah. Ini menjadikan pilihan yang cocok bagi Indonesia, sementara Indonesia dapat memberi ancaman potensial di wilayahnya. Pertanyaannya apakah memiliki kemampuan deteren bagi Indonesia. Vietnam sendiri telah membeli kapal selam kilo dari Rusia.
Rusia telah bermain sendiri dalam pengadaan peralatan pertahanan Indonesia beberapa tahun terakhir. Sebagian besar membeli kendaraan darat dan pesawat, tetapi TNI AL telah membeli rudal supersonik P800/SS-N-26 (Yakhont) untuk dipasang dibeberapa kapal perang mereka.
Indonesia tertarik dengan harga yang ditawarkan oleh Rusia dan menggurangi gangguan setelah menggunakan alutsista mereka gunakan. Kapal selam kilo/kilo improved telah teruji dengan baik di kawasan India, dan kapal selam paling populer di dunia. Negara-negara tetangga Indonesia yang telah mengoperasikan yaitu India, Vietnam dan China.
Sumber : DID/WDN/MIK
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment