Ke-1.243 prajurit TNI itu memasuki masa pratugas di Pusat Pendidikan Infanteri Cipatat Bandung sejak Kamis hingga satu bulan kedepan.
Mereka terbagi menjadi Satuan Tugas (Satgas) Batalyon Infanteri Mekanis Konga XXIII-F/Unifil, Satgas Force Protection Company (FPC) Konga XXVI D-2/Unifil dan Satgas Military Police Unit (MPU) Konga XXV-D/Unifil.
Kontingen TNI yang akan menggantikan kontingen sebelumnyam yang telah bertugas selama satu tahun itu terdiri atas Satgas Batalyon Infanteri Mekanis Konga XXIII-F/Unifil berjumlah 1018 orang dipimpin oleh Dansatgas Letkol Inf Suharto, Satgas Force Protection Company (FPC) Konga XXVI D-2/Unifil 150 orang dipimpin Dansatgas Kapten Inf Wimoko dan Satgas Military Police Unit (MPU) Konga XXV-D/Unifil berjumlah 75 orang dipimpin oleh Dansatgas Letkol CPM Ida Bagus Rahwan.
Asisten Operasi Panglima TNI Mayjen TNI Hambali Hanafiah mengatakan penugasan yang akan dilaksanakan oleh para prajurit sangat mulia dan terhormat serta membanggakan mengingat operasi pemeliharaan perdamaian dunia saat ini menjadi ujung tombak bagi TNI untuk menunjukkan eksistensinya di mata dunia internasional.
"Semua prajurit harus merasa bangga karena selama ini Kontingen Garuda dimanapun bertugas selalu memperoleh pujian serta pengakuan yang positif dari PBB maupun dari negara lain.
Untuk itu, para prajurit harus bersungguh-sungguh dalam latihan, pelajari semua materi yang diberikan oleh Komandan Latihan dan para Instruktur sehingga dapat menjawab tuntutan tugas di daerah operasi," kata Mayjen Hambali .
Hambali menambahkan, selain materi latihan yang didapatkan, para prajurit diharapkan senantiasa menjaga kesehatan, dan memelihara kesamaptaan jasmani yang prima agar dapat tampil maksimal di daerah penugasan.
"Dan tidak kalah pentingnya para prajurit harus belajar mengenal dan memahami karakteristik wilayah penugasan operasi serta senantiasa mengikuti perkembangan situasi, karena di kawasan Timur Tengah sedang terjadi gejolak politik yang sedikit banyak akan berpengaruh kepada pelaksanaan tugas di Lebanon.
Hambali menekankan sebagai pasukan pemelihara perdamaian para prajurit harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang konflik yang terjadi dan bagaimana menyikapinya.
"Para prajurit harus mampu menjadi penengah antara pihak-pihak yang bertikai secara imparsial, sehingga tidak dianggap memihak kepada salah satu kelompok yang bertikai dan memahami benar bahwa penggunaan senjata harus sesuai dengan aturan pelibatan serta mengikuti standar prosedur operasi yang berlaku," ujarnya.
Sumber: ANTARA
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment