Bentuk Hovercraft yang diproduksi di ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) ini tak beda jauh dengan yang telah dipakai pasukan Angkatan Darat di Amerika. Kendaraan yang berjalan di atas bantalan udara (air cushion) ini juga sengaja difungsikan untuk mengangkut penumpang dan mengakses dari kapal menuju daratan dengan speed khusus.
Kendaraan atau kapal amphibi berdimensi 14,2 x 7 meter ini memiliki 25 knot ground speed dan 30 knot air speed. Kapal yang mampu bermanuver di perairan maupun di darat tersebut menunjukkan kemampuan bangsa memproduksi perlengkapan pertahanan sendiri.
"Ground speed-nya 25 knot, air speed 30 knot," kata Marine Engineer & Ship Designer ITS, Ir H Agoes Santoso kepada detiksurabaya.com, Kamis (23/2/2012).
Seperti Hovercraft di negara-negara lain, kapal amphibi ini memiliki bantalan udara yang ditimbulkan dengan cara meniupkan udara ke ruang bawah kapal (plenum chamber). Proses ini berlangsung melalui skirt (sekat yang lentur) sehingga tekanan udara di dalam plenum chamber lebih tinggi daripada tekanan udara luar sehingga timbul gaya angkat
Untuk menggerakkan kapal bantalan udara, digunakan gaya dorong yang diperoleh dari baling-baling (propeller). Gaya angkat kapal ini bekerja pada penampang yang luas, sehingga tekanan terhadap tanah atau air (ground pressure) yang ditimbulkan tidak besar.
Dengan demikian, kendaraan ini dapat berjalan di atas lumpur, air maupun daratan dengan membawa beban yang cukup berat. Maksimal, Hovercraft ini berkapasitas hingga 5 ton muatan.
Muatan berupa penumpang atau bahkan kendaraan bisa sangat efektif diangkut menggunakan kapal amphibi ini. Dan lagi, dengan 1000 liter bensin, hovercraft buatan ITS ini mampu mengakses perjalanan ke darat dengan cepat.
"Maksimal dikendarai selama 2 jam," tuturnya.
Kini, satu unit hovercraft produksi ITS telah diambil fungsi oleh Direktorat Perbekalan Angkutan TNI Angkatan Darat di Jakarta. Sayangnya, kapal amphibi yang diproduksi dengan dana tak lebih dari Rp 50 Miliar ini belum ada lagi yang memesan. Padahal, alat angkut penumpang semacam ini sering digunakan anggota TNI di luar negeri untuk pertolongan kali pertama saat terjadi bencana di laut.
Sumber : DETIK
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment