Upacara yang berlangsung singkat dan khidmat ini dihadiri para pejabat di lingkungan Lanud Supadio. Antara lain, Komandan Skadron Udara 1 Letkol Pnb Deni Hasiloan Simanjutak, Pasipers Batalyon 465 Paskhas Kapten Psk Tobing yang dalam hal ini mewakili Danyon 465 Paskhas, dan anggota Skadron Udara 1, serta para undangan lainnya.
Dalam sambutan tertulisnya Kustono mengatakan, meskipun TNI Angkatan Udara saat ini masih dihadapkan pada kendala keterbatasan jam terbang, namun bagi TNI Angkatan Udara, profesionalisme dan kesiapan pesawat merupakan tuntutan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
”Sesuai tugas pokoknya, TNI Angkatan Udara mengemban tugas sebagai penegak kedaulatan negara di udara dan hukum di dirgantara,” ujarnya.
Bila dikaitkan dengan wilayah Indonesia yang merupakan negara kepulauan, kata Kustono, tentunya tugas tersebut bukanlah pekerjaan yang ringan.
”Agar mampu melaksanakan tugas tersebut, selain diperlukan sumber daya manusia yang profesional di bidangnya, kesiapan operasional yang tinggi dari alutsista yang dimiliki, akan memegang peran yang sangat penting dan menentukan,” paparnya.
Seluruh kesiapan tersebut jelas datang begitu saja. Harus disiapkan secara matang dan berkelanjutan. Salah satu upaya untuk mendidik kesiapan itu dapat dilihat dengan adanya pendidikan Transisi seperti yang dilakukan Lanud Supadio, kali ini.
”Pendidikan Transisi yang akan dilaksanakan ini, merupakan syarat mutlak yang harus dilalui atau diikuti oleh setiap penerbang yang akan mengoperasikan pesawat Hawk 100/200 yang ada di Skadron Udara 1,” jelasnya.
Adapun mantan siswa pendidikan Transisi ke-10 adalah Lettu Pnb Sufriadi, Lettu Pnb M Higha Aprianda, dan Lettu M Idris Kurniawan. Sedangkan siswa Transisi Ke-11 adalah Letda Pnb Satria Tikwana Ratih.
Sumber : HARIAN EQUATOR
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment