Demikian dikatakan Direktur Produk dan Manufakturing PT Pindad, Tri Harjono, dalam acara temu pers di Bandung, Selasa (1/11). Turut hadir dalam acara itu adalah Kepala Pusat Komunikasi Publik, Kementerian Pertahanan, Brigjen TNI Hartind Asrin.
Harjono mengatakan, PT Pindad akan terus melaksanakan usaha terpadu di bidang peralatan pertahanan dan keamanan serta peralatan industrial untuk mendukung pembangunan nasional dan secara khusus untuk mendukung pertahanan dan keamanan negara.
Strategi yang akan dilakukan ke depan, kata dia, ada tiga hal yakni, pertama, integrasi bisnis yakni dengan menjadikan bisnis alutsista sebagai backbone, mengupayakan subsitusi impor alutsista, mengembangkan bisnis komersial yang terkait teknologi alusista dan meninggalkan bisnis peralatan industrial yang tidak menguntungkan dan sulit dikembangkan.
Kedua, fokus pengembangan yakni alutsista untuk kaveleri dan artileri. Ketiga, membangun keunggulan operasional melalui perbaikan lini produksi khususnya alutsista, restrukturisasi sistem atau proses bisnis, restrukrisasi permodalan, restrukturisasi sumber daya manusia dan aliansi strategis dengan industri dalam negeri dan luar negeri.
Menurut Harjono, ada beberapa permasalahan yang dialami PT Pindad sampai saat ini adalah mesin produksi usia sudah tua sehingga kurang optimal, modah kerja sangat terbatas, umur sumber daya manusia sudah tua yakni rata-rata 43 tahun dan beban fixed cost yang tinggi.
Dikatakan, penjualan alutsista tahun 2010 yang terdiri dari senjata, amunisi dan kendaraan khusus mencapai Rp 675 miliar. Jumlah ini menurun dibanding tahun 2009 dengan tiga jenis produk yang sama yakni mencapai Rp 773 miliar.
Harjono mengatakan, dalam waktu dekat, Malaysia akan membeli 30 unit kendaraan panser jenis anoa. "Satu panser seharga US$ 1 juta. Sekarang Malaysia sudah ok, tinggal tunggu administrasinya saja," kata dia.
Sumber : Suara Pembaruan
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment