Peluang pasar alat utama sistem senjata (alutsista) yang bisa ditembus PT Pindad terkait program MEF hingga periode 2010-2014 diperkirakan mencapai Rp13,664 triliun. Direktur Manufaktur PT Pindad Tri Harjono mengatakan, PT Pindad ditugasi untuk memproduksi alutsista guna mendukung program MEF bagi TNI.
Selama ini PT Pindad baru memproduksi aneka amunisi kaliber kecil, granat mortir, granat tangan, senjata ringan,mortir,dan panser. Sekarang ini kapasitas produksi per tahun beberapa jenis senjata ringan seperti pistol dan senapan serbu masingmasing mencapai 20.000 pucuk dan senjata kelompok 5.000 pucuk.Kapasitas untuk granat tangan mencapai 120.000 butir dan amunisi mortir sejumlah 100.000 butir.
Adapun untuk jenis amunisi kaliber kecil seperti kaliber 9 mm,kapasitasnya 18 juta butir dan 50 juta butir untuk kaliber 5,56 mm.kaliber 0,38 mm 5 juta butir, kaliber 12,7 mm 2 juta butir, serta 10 juta butir untuk kaliber 7,62. Untuk kapasitas produksi bom baru mencapai 50 buah dan 80 unit bagi ranpur/rantis. Guna memenuhi program MEF, beberapa produk akan ditingkatkan kapasitasnya.
Di antaranya senjata serbu menjadi 30.000 pucuk, amunisi kaliber 9 mm menjadi 32 juta butir,dan kaliber 5,56 mm naik menjadi 113 juta butir.Produksi bom juga digenjot sehingga mencapai 500 buah dan ranpur menjadi 160 unit. ”Pengembangan alutsista untuk kavaleri dan artileri memang menjadi fokus PT Pindad ke depan.Karena itu,selain meningkatkan kapasitas produksi, juga dirintis pembuatan sejumlah jenis produk baru.
Di antaranya granatmeriam,meriam, roketdanrudal,sertakendaraan tempur kanon dan kendaraan perintis,”ungkapnya dalam pertemuandenganrombonganwartawan bersama Puskom Publik Kementerian Pertahanan di Bandung kemarin. Tri menuturkan, pihaknya saat ini tengah berupaya membuat amunisi kaliber besar untuk meriam tank dan kapal tempur seperti kaliber 20 mm dan 105 mm.
Targetnya ke depan untuk amunisi kaliber 20 mm dapat diproduksi 30.000 butir per tahun dan 15.000 butir per tahun untuk kaliber 105 mm. “Ketika Perang Dunia II, kita sudah menyaksikan negara-negara Eropa memakai kanon 200 mm. Sedangkan kita untuk membuat kanon 20 mm saja saat ini belum bisa,”ujarnya.
Lebih lanjut dia menuturkan, peluang pasar alutsista untuk 2010-2014 mencapai nilai Rp13,664 triliun. Mayoritas dihasilkan dari produk kendaraan tempur (ranpur) sebanyak Rp10,782 triliun (424 unit) dan senjata ringan dan senjata pokok sebesar Rp1,315 triliun (126.248 pucuk). Sementaraitu,PTDirgantara Indonesia memerlukan proyekproyek pembuatan pesawat terbang untuk menjaga kelangsungan perusahaan.
Tanpa proyek pembuatan pesawat, diperkirakan dalam waktu dua tahun kemampuan membuat rancang bangun pesawat yang sekarang dimiliki PT DI akan hilang. Direktur Teknik dan Pengembangan PT DI Dita Ardoni Safri menuturkan, saat ini PT DI sudah tidak mempunyai lisensi untuk memproduksi helikopter dan beberapa jenis pesawat. Aktivitasnya praktis sekadar membuat komponen untuk memenuhi permintaan industri penerbangan asing.
Adapun produksi pesawat hanya untuk jenis yang desainnya tidak bergantung pada lisensi. Tanpa lisensi,pembuatan pesawat sebenarnya bisa berlangsung asalkan desain dibuat sendiri.Namun,hal ini tidak mudah karena untuk mendesain butuh biaya besar.“Kami minta agar proyek yang diminta pemerintah tidak per tahun, tapi jangka panjang dengan pembuatan pesawat 15-20 unit agar dapat lisensi,”katanya. Minimnya kesempatanmembuat pesawat berdampak pada kemampuan karyawan.
Saat ini banyak karyawan PT DI yang belum pernah membuat pesawat, padahal harus ada regenerasi karyawan. Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin menegaskan,pemerintah akan membeli alutsista dari dalam negeri selama jenis yang dibutuhkan tersebut sudah mampu diproduksi oleh industri pertahanan dalam negeri. Hal ini sebagai langkah untuk mencapai kemandirian alutsista.
Sumber : Seputar Indonesia
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment