Sebaliknya, AS menegaskan penjualan senjata senilai USD6,4 miliar ke Taipei itu justru positif bagi keamanan dan stabilitas di Selat Taiwan. Sebagai bentuk protes, China mengancam akan menghentikan kontak-kontak militer dan keamanan dengan AS dan memberlakukan berbagai sanksi untuk perusahaan-perusahaan AS yang terlibat dalam kontrak penjualan senjata itu.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Laura Tischler mengatakan, penjualan senjata itu justru memberikan sumbangan pada tetap terpeliharanya keamanan dan stabilitas di Selat Taiwan.“Ini akan membuat Taiwan merasa lebih percaya diri dan menjaga stabilitas di Selat Taiwan,” paparnya.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Pertahanan China Huang Xueping mengatakan, ada bahaya besar yang muncul akibat penjualan senjata AS kepada Taiwan ini.
“Rencana penjualan senjata AS itu mengirim sinyal salah pada Taiwan dan hanya akan mendorong arogansi kekuatan kemerdekaan Taiwan serta mengacaukan pengembangan perdamaian di wilayah itu,” kata pejabat China yang menolak disebut namanya. Bagi Beijing, Taiwan adalah provinsinya yang membangkang dan harus kembali menjadi bagian tak terpisahkan dari China.
Presiden Taiwan Ma Ying-jeou yang berhasil menghangatkan hubungan perdagangan dan politik dengan China mengatakan, kesepakatan penjualan senjata ASTaiwan itu tidak sepatutnya ditakuti Beijing. Paket penjualan persenjataan AS ke Taiwan yang terbaru terjadi pada Oktober 2008.
Menanggapi keputusan AS yang saat itu masih dipimpin Presiden George W Bush, Beijing juga memutuskan sementara waktu hubungan militernya dengan AS.
Para analis mengatakan,sanksi China kali ini semakin keras di tengah kemampuan perekonomiannya yang akan melampaui Jepang serta anggaran militernya yang terus meningkat. Kongres Amerika memiliki waktu 30 hari untuk memberi tanggapan mengenai usulan penjualan senjata itu.
Sumber: OkeZone
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment