Rupanya masih segar di dalam ingatan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Soeparno bagaimana pertama kali ia menjadi awak KRI Dewa Ruci. ”Itu pertama kalinya saya berlayar,” kenang pria kelahiran Surabaya, 28 September 1955, ini.
Semua siswa Akademi Angkatan Laut (AAL) memang wajib berlayar dengan kapal layar tiang tinggi ini. ”Parno, coba kamu naik ke tiang utama,” katanya menirukan perintah pertama yang ia terima saat naik ke KRI Dewa Ruci.
Ceritanya, Soeparno kemudian menatap ke puncak tiang utama yang tingginya 35,9 meter. Perintah berikutnya seakan berlalu begitu saja. ”Yang ada di kepala saya cuma, bisa enggak aku naik ya..,” katanya kepada para peserta seminar dalam rangka menyambut Hari Dharma Samudera.
Akhirnya, Soeparno muda berhasil menjalankan perintah. Walau begitu, hampir selalu ia mendapat hukuman. Gara-garanya, saat naik, dia terlambat sampai di atas, saat turun, terlambat lagi tiba di bawah. Hukumannya? ”Ya disuruh naik lagi,” katanya.
Menurut Soeparno, dibandingkan dengan negara-negara lain yang menurut prosedur para awak kapal masuk ke dalam pada kecepatan tertentu, awak Indonesia malah berdiri di tepian kapal. Namun, menurut Soeparno, justru di situlah bentuk diplomasi yang disuguhkan KRI Dewa Ruci. ”Nekat kita,” katanya.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment