Replika pesawat patroli maritim jenis CN 235-220 MPA buatan PT Dirgantara Indonesia.
Jakarta - Sejumlah industri strategis pertahanan turut meramaikan Pertemuan ASEAN Chiefs of Defence Forces Informal Meeting (ACDFIM) ke delapan di Hotel Sultan, Jakarta. Di tempat yang terbatas sejumlah perusahaan seperti PT PAL Indonesia, PT Dirgantara Indonesia, Pindad dan beberapa perusahaan swasta lainnya saling berbaris memamerkan produk unggulan berupa alat utama sistem persenjataan.
Pesawat hasil produksi PT DI misalnya. Menurut staf pemasaran PT DI Teguh Graito pesawat CN 235 asli buatan anak bangsa sudah laku terjual 341 buah sejak 1976-2009. Harga satu pesawat PT DI saat ini dibanderol US$ 20 juta. "Kalau dilengkapi sistem lainnya jadi US$25-30 juta," kata Teguh di Jakarta, Kamis 31 Maret 2011.
Terakhir Malaysia memesan delapan unit pesawat CN 235 dari PT DI. Enam unit digunakan untuk angkut pasukan dan dua unit untuk kenegaraan. Sementara Korea Selatan memesan empat unit yang difungsikan untuk patroli laut.
Selain membuat pesawat, PT DI pun memproduksi komponen yang menghubungkan sayap pesawat dengan badannya untuk pesawat komersil airbus 380. "Ini bukti kalau kami sudah memiliki sertifikat berkelas internasional," kata Teguh.
Sementara itu PT PAL Indonesia sedang mencoba melakukan penawaran dengan Filipina untuk kapal militer berjenis Landing Platform Dock. Kapal ini memiliki panjang 125 meter dan lebar 22meter. "Bisa memuat lima helikopter dan mengangkut 354 orang," kata Bayu Wicaksono Humas PT PAL Indonesia.
Replika-replika seperti pesawat dan kapal berjajar dengan rapi di sepanjang koridor yang menuju Ballroom Hotel Sultan. Contoh senjata api yang dipajang oleh Pindad berhasil menarik perhatian sejumlah pengunjung. Perlengkapan prajurit seperti helm, tas, tenda, kompi ikut meramaikan pertemuan ACDFIM.
Menurut Panglima TNI Agus Suhartono kehadiran perusahaan nasional itu untuk menunjukkan hasil inovasi bangsa Indonesia. "Kita harus bangga," kata Agus.
Sumber: TEMPO
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment