
Ada yang ”segar” pada tayangan liputan Operasi Odyssey Dawn, yang digelar untuk mengawal zona larangan terbang di Libya sejak pekan lalu. Tayangan berita di layar televisi tak lagi didominasi gambar-gambar persenjataan canggih buatan Amerika Serikat.
Dalam dua perang besar terakhir yang melibatkan pasukan koalisi, yakni Operasi Enduring Freedom ke Afganistan, 2001, dan Operasi Iraqi Freedom ke Irak, 2003, hampir seluruh media menampilkan kegagahan militer AS.
Gambar pesawat-pesawat F/A-18 Hornet lepas landas dari geladak kapal induk super, rudal-rudal Tomahawk meluncur dari kapal perusak, dan tank-tank M1 Abrams berseliweran di gurun-gurun Irak, disiarkan berulang-ulang baik di layar kaca maupun halaman koran.
Namun, sejak Perancis memimpin serangan ke Libya, Sabtu (19/3/2011) malam, senjata-senjata andalan AS itu seolah ”menghilang” dari layar kaca. Kecuali tayangan klasik rudal-rudal Tomahawk yang meluncur dari kapal, tak banyak alat utama sistem persenjataan (alutsista) buatan AS yang terlihat.
Alih-alih, kini CNN lebih sering menampilkan pesawat Rafale dari Perancis lepas landas dari pangkalan udara di darat maupun dari kapal induk Charles de Gaulle. Di bagian lain, terlihat pesawat tempur tercanggih buatan Eropa saat ini, Eurofighter Typhoon, milik Royal Air Force (RAF) Inggris sedang bersiap-siap lepas landas di sebuah pangkalan udara di Italia.
Nama Tomahawk pun mendapat saingan baru, yakni rudal StormShadow. Rudal udara ke darat buatan Inggris, Italia, dan Perancis ini dibawa oleh pesawat-pesawat Tornado GR4 milik RAF.
Dengan berbagai alasan pembenaran, Eropa kali ini tampil di depan, memimpin operasi militer pasukan sekutu terbesar sejak invasi ke Irak 2003. Perancis, secara khusus, terlihat sangat agresif dengan tampil sebagai pembuka serangan dan mengirimkan persenjataan dalam kapasitas dan kuantitas yang signifikan.
Portal berita pertahanan GlobalSecurity.org menyebut, dalam operasi ini Perancis menggelar satu kapal induk, empat kapal fregat, dan armada pesawat Mirage 2000D serta Rafale F3.
Beberapa pengamat mengatakan, Perancis ingin memperbaiki citra di dunia Arab setelah negara itu dianggap tak cukup aktif saat terjadi krisis di Tunisia, yang memicu gelombang revolusi ke seluruh Timur Tengah dan Afrika Utara, termasuk di Libya saat ini.
Promosi efektif
Namun, di luar semua alasan itu, sudah bukan rahasia lagi bahwa setiap operasi militer besar menjadi semacam ”etalase” yang sangat efektif untuk memasarkan kemampuan berbagai jenis senjata canggih itu ke seluruh dunia.
Persenjataan AS, mulai dari pesawat F/A-18, tank Abrams, helikopter angkut Blackhawk, helikopter tempur Apache, hingga pesawat angkut kelas berat C-17 Globemaster III, laris manis sejak tampang mereka sering tampil di televisi, baik saat beraksi di Irak maupun Afganistan.
Bahkan, jip militer Humvee menjadi semacam ikon gaya hidup baru bagi para pencinta kemachoan, setelah kendaraan serba guna itu tampil di Operasi Badai Gurun di Irak 1991.
Mark Edward Schwan, seorang perwira Korps Marinir AS, pernah menulis dalam tesis S-2-nya tahun 1995, bahwa Perang Teluk 1991 menjadi ajang promosi luar biasa bagi berbagai persenjataan AS. ”Peningkatan permintaan akan senjata-senjata AS terutama berkat keunggulan terhadap senjata-senjata (buatan) Soviet yang digunakan Irak,” tulis Schwan dalam tesis yang dipublikasikan di GlobalSecurity.org.
Schwan memperkirakan, nilai penjualan senjata berkat ”etalase” Perang Teluk waktu itu mencapai 40 miliar dollar AS. ”Keefektifan sistem persenjataan yang telah teruji dalam perang (combat proven) adalah salah satu aspek permintaan global persenjataan dari AS,” tulis dia.
Tak heran jika muncul dugaan Operasi Odyssey Dawn menjadi kesempatan Eropa memajang produk-produk militer mereka. Di saat negara-negara Eropa masih terpuruk dalam resesi tak berkesudahan, pembelian senjata-senjata berharga mahal ini tentu akan sangat membantu pemulihan ekonomi.
Dr Paul Holtom, Direktur Program Perdagangan Senjata di lembaga riset Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menyebutkan, negara-negara Eropa saling berkompetisi untuk memperebutkan pasar senjata di Asia, Timur Tengah, Afrika Utara, dan Amerika Latin.
Tahun lalu, misalnya, lima pemimpin negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yakni Inggris, AS, Perancis, China, dan Rusia, silih berganti berkunjung ke India, membujuk negara itu untuk membeli senjata buatan mereka (Kompas, 24/12/2010).
SIPRI menyebut, Perancis, Jerman, Italia, dan Inggris, bersaing memperebutkan order peralatan angkatan laut dari Aljazair. Sementara Inggris, Perancis, Italia, dan Swedia, berebut kontrak pembelian pesawat tempur dari Brasil.
Pasar potensial
Secara khusus, kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara dipandang sebagai pasar potensial bagi produk-produk alutsista ini. Rezeki nomplok dari tingginya harga minyak dunia dalam beberapa tahun terakhir, dan hubungan antarnegara di kawasan serta ketegangan internal di dalam negeri, menjadi pendorong utama panasnya pasar alutsista di kawasan ini.
Salah satu contoh betapa besar potensi pasar di kawasan ini adalah penandatanganan kontrak pembelian persenjataan antara Arab Saudi dengan AS senilai 60 miliar dollar AS, Oktober 2010. Kontrak tersebut meliputi antara lain, pembelian 86 pesawat F-15 Eagle dan 70 helikopter tempur AH-64 Apache, yang diperlukan Arab Saudi untuk menghadapi Iran yang kian agresif.
Namun, segencar apa pun promosi yang dilakukan produsen senjata Eropa, mereka hampir selalu kalah dengan produk-produk AS. Pesawat Rafale yang dibuat pabrikan Dassault dari Perancis, misalnya, sudah dipromosikan sejak tahun 2000, tetapi belum pernah sekalipun memenangkan kontrak pembelian.
Di Maroko, Rafale kalah dengan F-16 Block 52 buatan Lockheed Martin, AS. Sementara AU Korsel dan Singapura lebih memilih F-15 Eagle produksi Boeing daripada Rafale.
Demikian juga dengan Typhoon, pesawat tempur yang dikembangkan bersama oleh Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol dalam konsorsium Eurofighter, itu baru mendapat dua pelanggan di luar negara-negara pembuatnya, yakni Austria dan Arab Saudi.
Salah satu faktornya adalah, persenjataan Eropa itu ”kalah promosi” dibanding AS dalam hal pembuktian di medan perang. Typhoon sama sekali belum pernah dipakai dalam perang sesungguhnya.
Rafale sebenarnya sudah terlibat dalam misi di Afganistan sejak 2002, tetapi nyaris tak dikenal orang karena jarang tampil di layar TV seperti saingan-saingannya dari AS.
Itu sebabnya, kesempatan menampilkan kemampuan tempur yang sesungguhnya di Libya kali ini menjadi kesempatan emas bagi mereka. Portal berita bisnis Bloomberg menyebhttp://www.blogger.com/img/blank.gifut, operasi di Libya ini bisa mendorong penjualan pesawat Typhoon, yang berharga 106 juta dollar AS per unit itu.
Pihak Eurofighter sendiri terang-terangan menyebut operasi di Libya ini menjadi ujian penting bagi Typhoon. ”Interoperabilitas sangat penting bagi pesawat tempur, karena pesawat-pesawat itu saling bertukar data di udara, terutama dalam operasi seperti ini,” kata Marco Valerio Bonelli, juru bicara Eurofighter.
Di tengah gelombang perubahan yang melanda Afrika Utara dan Timur Tengah saat ini, AS mungkin saja tak akan lagi jadi kekuatan dominan di kawasan ini. Saatnya bagi Eropa untuk unjuk gigi.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
ALUTSISTA
- Indonesia dan Polandia Jajaki Kerjasama Produksi Bersama Alutsista
- Rusia - AS Saling Berlomba Dalam Pengadaan Alutsista Indonesia
- Dilema Pengadaan Alutsista TNI : Baru, Bekas Atau Rekondisi?
- Indonesia Butuh Satu Dekade Lagi Untuk Pemenuhan Alutsista
- Meristek Yakin Indonesia Kurangi Ketergantungan Alutsista Dari Luar Negeri
- TNI AU Akan Melakukan Pengadaan Peluru Kendali Jarak Menegah
- Komisi I : Kemhan Usulkan Tambahan Anggaran Untuk Pengadaan Apache Dan Hercules
- Komisi I : Pemotongan Anggaran Kemhan Bisa Ganggu Target MEF 2014
- Alutsista Buatan PT Pindad Dipamerkan Di Lebanon
- Untuk Perisai Udara, Indonesia Akan Dilengkapi Oerlikon Skyshield
- Pengamat : Alutsista TNI Harus Bisa Bantu Sipil Saat Darurat
- Komisi I : Kerja Sama Alutsista dengan Inggris Harus Dibatalkan
- Panglima TNI : TNI Akan Melakukan Latihan Terbesar Tahun 2014
- Kasad Terima Presdir Avibras, Bahas Astros II
- Presiden: Logistik dan Distribusi, Kunci Utama Alutsista TNI
- Presiden Janjikan Modernisasi Alutsista TNI Tuntas 2014
- Presiden : Alutsista Indonesia Harus Lebih Besar Dan Modern Dari Tetangga
- Komisi I Berencana Kunker ke Ukraina Untuk Jajaki Kerja Sama Persenjataan
- Bank BRI Siapkan Rp 1 Triliun untuk Biayai Alutsista Indonesia
- PBB Desak Konsensus Perjanjian Perdagangan Senjata
- Presiden : Indonesia Tak Pernah Gunakan Alutsista untuk Bunuh Rakyatnya
- Industri Pertahanan Nasional Sudah Menguasai Teknologi Level Menegah
- Menhan : Presiden Jajaki Kerja Sama Alutsista Dengan Jerman Dan Hungaria
- Pengamat : Industri Pertahanan Butuh Kepastian Dari Pemerintah
- Ketua DPR : Beban Hutang Luar Negeri Picu 'Seretnya' Pengadaan Alutsista
PRANCIS
- Perancis Tingkatkan Kerjasama Pertahanan Dengan Indonesia
- Nexter Dan Indonesia Tandatangani Kontrak Pengadaan 37 Caesar
- Wamenhan Bertemu Dengan Kuasa Usaha Perancis Untuk Bahas Alutsista
- Indonesia - Perancis Berharap Kerjasama Pertahanan Dapat Ditingkatkan
- Wamenhan Dan KSAD Ke Perancis Untuk Tandatangai Kerjasama Pertahanan
- Perancis Akan Hentikan Produksi Rafale Bila Tidak Laku
- Wamenhan: Prancis Siap Tingkatkan Kerja Sama Pertahanan Dengan Indonesia
- Wamenhan Dijadwalkan Berkunjung Ke Nexter Dan Eurocopter
- DID : Perancis Menawarkan Kapal Selam Andrasta Ke Indonesia
- English News : Brazil launches construction of four Scorpene-class submarines
- Indonesia Akan Membeli Alutsista Dari Perancis Yang Tidak Bisa Dibuat Di Indonesia
- Perancis Mengajak Indonesia Kerjasama Dalam Pembuatan Helikopter
- PM Perancis : Perancis Tertarik Investasi Kapal Selam, Radar Dan Ranpur Di Indonesia
- Kapal Perang Tiga Negara Merapat Di Tanjung Priok
- Perancis Ingin Bekerja Sama Dengan Industri Pertahanan Indonesia
- Kapal LHD Mistral Mengujungi Singapura Dan Indonesia
- Komisi I Akan Melakukan Intensifikasi dan Diversifikasi Kerjasama Pertahanan RI Dengan Perancis Dan Italia
- Indonesia Dan Prancis Gelar Latihan Bersama di Lebanon
- Rafale Mencari Lawan Seimbang Di Libya
- TNI AU Jajaki Pembelian Helikopter MK II EC 725
- Perancis Tawarkan Satelit Nonkomersial
- Indonesia Membeli Sherpa Light Scout Dari Renault
- Mistral yang Memikat Rusia
- Russia to pay over 700 million euros for first Mistral helicopter carrier
EROPA
- EADS Tawarkan Dana Segar $ 2 Miliar Bila Menang Dalam Pengadaan Pesawat Tempur Korsel
- Indonesia Beli Teknologi Panser Dari Belarusia
- Menhan Sambut Baik Tawaran Kerjasama Industri Pertahanan Dengan Wallenberg Family Swedia
- Menhan : Presiden Jajaki Kerja Sama Alutsista Dengan Jerman Dan Hungaria
- Spanyol Berikan Lisensi CN 212-400 Kepada Indonesia
- Indonesia Tertarik Tank Leopard Dan Kerjasama Perkapalan Spanyol
- Menhan Spanyol Kunjungi Indonesia Untuk Membahas MoU
- Tiga Negara Bersaing Untuk Membuat Kapal Pengganti KRI Dewaruci
- Airbus Military Melakukan Serah Terima CN-295 Kepada Indonesia
- TNI AU Kirim Empat Penerbang Ke Spanyol
- Indonesia Dan Ceko Jajaki Peluang Kerjasama Industri Pertahanan
- 14 Anggota Komisi I Kunjungi Industri Pertahanan Spanyol
- Komisi I Sahkan Perjanjian Kerjasama Pertahanan Dengan Ceko Dan Italia
- Airbus Military Optimis Dapat Menjual A400M Kepada Indonesia
- Komisi I Lakukan Kunjungan Ke Pabrik Leopard Jerman
- Dirut DI : PT DI Tingkatkan Kerjasama Dengan Airbus
- Komisi I Kunker Ke Jerman Untuk Pantau Perkembangan Leopard
- Belarus Tawarkan Kerjasama Industri Pertahanan dengan Indonesia
- Spanyol Berharap Indonesia Tingkatkan Kerjasama Pertahanan
- Komisi I Bahas Ratifikasi Kerjasama Militer dengan Italia Dan Ceko
- ACAB Ditunjuk LIG Nex1 Untuk Membuat Kubah Radar KFX
- Wamenhan Terima Kunjungan Dubes Slokavia
- Norwegia Tawarkan Hibah C-130 H Murni Ke Indonesia
- Januari 2012 , Dua C-295 Buatan Airbus Akan Tiba Ke Indonesia
- TNI AL Mencari Pengganti KRI Dewaruci Ke Eropa
INGGRIS
- Komisi I : Kerja Sama Alutsista dengan Inggris Harus Dibatalkan
- Menhan : Indonesia Pantau Aktivitas OPM di Inggris
- Inggris Siap Berpartisipasi Dalam Pengembangan KFX
- Kemhan : Fregat Buatan Inggris Memiliki Kemampuan Di Atas Sigma
- Kemhan Kembali Kirim Tim Negosiasi Kapal Perang Ke Inggris
- Indonesia Meminta Rudal Kapal Perang Dari Inggris Diupgrade
- Indonesia - Inggris Bahas Tindaklanjut Pembelian Kapal Perang
- Menteri Pertahanan Inggris Kunjungi Indonesia
- Komisi I : Ke Depan Kami Menginginkan Transfer Teknologi Kapal Perang Dengan Inggris
- Menhan : Kita Hanya Bayar 20% Frigate Eks. Brunei Dari Inggris
- Indonesia Akan Beli Alutsista Dari Inggris
- KSAU : Kami Sedang Menunggu Ahli Dari Inggris Untuk Investigasi Jatuhnya Hawk
- Inggris Ingin Tingkatkan Kerjasama Pertahanan Dengan Indonesia
- Kemhan Tetap Ingin Membeli Kapal Perang Eks Brunei
- Komisi I Pertanyakan Pengadaan Kapal Perang Eks Brunai
- Kemhan dan TNI AU Bantah Belian 24 Pesawat Tempur Typhoon
- Pengamat : Inggris Tidak Mau Lewatkan Menikmati Kue Pertahanan Indonesia
- PM Cameron Tawarkan Rudal Starstreak Kepada TNI
- Komisi I Dan LSM : Tolak Pengadaan Kapal Perang Ragam Class
- Brunai Lebih Senang Kapal Perang Kelas Ragam Dibeli TNI AL
- AS Dan Inggris Kembangkan IFV Terbaru Untuk Mengganti Bradley dan Strykers
- Dubes Inggris : Inggris Tawarkan Typhoon Ke Indonesia
- BAE System Akan Membangun Perusahaan Di Indonesia Untuk Support Hawk Mk 109/209 TNI AU
- Kapal Perang Tiga Negara Merapat Di Tanjung Priok
- PACS Menghasilkan Kerjasama antara NCB Indonesia dan NCB Inggris
Senjata
- PT Pindad Kewalahan Produksi Senapan Sniper Untuk Dalam Negeri
- Indonesia Inginkan Jaminan Alutsista Dalam Traktat Perdagangan Senjata
- PBB Desak Konsensus Perjanjian Perdagangan Senjata
- Bila Diinginkan, Indonesia Dengan Mudah Membuat Senjata Nuklir
- AS Berharap Tidak Ada Perlombaan Senjata Di ASEAN
- Senjata Murah Buatan China Jadi Saingan Berat PT Pindad
- KSAD : SS-2 Buatan Pindad Mampu Mengalahkan M-16
- Wamenhan : Ada Beberapa Alasan Irak Membeli Senjata Dari Indonesia
- Jubir Kemhan : Arab Saudi Juga Akan Membeli Senjata Buatan Pindad
- Irak Tertarik Senjata Ringan Buatan PT Pindad
- Dirut Pindad : Kami Yakin Pesanan Senjata TNI Kelar Tahun Ini
- KSAU : Super Tucano Gunakan Persenjataan Lokal
- Kemhan Akan Melakukan Pengadaan Meriam Pengganti Meriam Salute Gun
- Senapan Serbu Buatan PT Pindad Semakin Memikat
- Indonesia Diberi Tegat Waktu Empat Tahun Untuk Musnahkan Ranjau
- Engineer Pindad : Senapan SS-2-V5a1 Sangat Akurat Dan Mematikan
- Asia Pasar Pengimpor Senjata Terbesar Di Dunia
- Timor Leste Tertarik Beli Senjata SS-2 Buatan Pindad
- 2012, Armed TNI AD Kedatangan Meriam 155 mm Dan MLRS
- Tentara Vietnam, Kamboja & Laos Naksir Senjata Buatan Pindad
- TNI AD Raih Juara Menembak Se-ASEAN
- Sukhoi TNI AU Dilengkapi Dengan Bom BTN- 250 Dan BCA-50 Buatan Pindad
- Korsel Tertarik Membangun Industri Senjata Di Babel
- Lubang Besar di Nunukan Ternyata Bekas Ledakan Bom TNI AL
- Lihat Senjata SPR-2 Buatan Pindad, Tentara Singapura Bilang, 'Good'
0 komentar:
Post a Comment