Jakarta - Plavayushchiy Tank-76 (PT-76), merupakan jenis tank amfibi ringan buatan Rusia. Angka 76 yang melekat pada namanya bukan menunjukkan tahun pembuatannya.
Namun, menandakan ukuran meriam asli tank tersebut, yakni 76,2 mm. Tank ini sudah diproduksi massal pada dasawarsa 50-an. Indonesia kemudian mulai mendatangkan alat utama sistem persenjataan ini sejak tahun 1962 dan dioperasikan oleh Batalion Panser Amfibi Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL),atau yang sekarang dikenal sebagai Batalion Kendaraan Pendarat Amfibi Korps Marinir TNI Angkatan Laut.
Kala itu, dipakai untuk memperkuat angkatan perang Indonesia yang sedang berkonfrontasi di wilayah Papua dalam rangka operasi Trikora. Pada perkembangan selanjutnya, PT-76 secara aktif dilibatkan dalam berbagai kegiatan operasi keamanan di dalam negeri dan operasi militer seperti Dwikora (1964–1965) di perbatasan Indonesia–Malaysia dan Operasi Seroja (1975– 1979) di Timor Timur.
Meski telah sepuh, tank ini masih menjadi salah satu andalan Korps Marinir, baik dalam penugasan maupun latihan. Korps Marinir masih menunjukkan ketangguhan tank ini di depan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono di Bumi Marinir Cilandak, Rabu (16/3) lalu.
Saat itu Korps Marinir juga memamerkan sejumlah alutsista andalannya.Di antaranya BTR (Bronetransporter)- 50 P panser amfibi buatan Rusia yang juga didatangkan hampir bersamaan waktunya dengan PT-76. Kemudian BVP-2 yang didatangkan dari Slovakia serta LVT (landing vehicle track) - 7A1 buatan Amerika Serikat tahun 1985 yang merupakan hibah dari Korps Marinir Korea Selatan tahun 2009 lalu.
Salah seorang perwira Resimen Kavaleri Marinir yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan, dimulai tahun 1990,sejumlah PT-76 yang masih laik pakai mengalami peremajaan atau retrofit secara bertahap. Sejumlah komponen penting tank tersebut diganti dan tidak berasal dari satu negara saja.
Modifikasi PT-76 antara lain meliputi penggantian mesin buatan Rusia dengan mesin buatan Amerika Serikat.Tidak hanya itu, meriam asli kaliber 76,2 mm diganti dengan meriam 90 mm. Meriam ini diproduksi oleh Belgia.“Untuk persenjataan, dipilih dari Belgia,” katanya. Namun, lanjutnya, dengan kondisi gado-gado dan usia yang telah lanjut,PT-76 masih terbukti merupakan ranpur yang andal dan bandel.
Operasi Pemulihan Keamanan Terpadu di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (2002–2005) merupakan operasi penugasan terakhir tank ini. Kiranya cukup beralasan jika PT-76 Indonesia dijuluki Battle Proven alias Jago Perang yang melegenda di lingkungan Korps Marinir TNI AL Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono saat itu mengatakan, secara kuantitas jumlah alutsista yang dimilik korps marinir telah cukup.
Menurutnya, yang perlu ditingkatkan adalah kualitas. Dia tidak menampik bahwa tank-tank Marinir memang sudah tua, seperti PT- 76. Namun, dengan program retrofit masih layak untuk digunakan.“Kita perpanjang usianya dengan retrofit. Jadi, kemampuan tempurnya juga masih cukup baru,”katanya.
Penggantian tank amfibi akan dilakukan secara bertahap. Seperti didatangkannya sebanyak 17 unit tank modern amfibi tipe BMP-3F buatan Rusia pada November 2010 lalu.
Sumber: SINDO
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment