Ia menegaskan anggaran yang sebelumnya disiapkan untuk membeli pesawat baru kini akan digunakan untuk meng-upgrade 24 pesawat hibah F16 bekas ke mesin blok 32 dan 10 pesawat yang dimiliki Indonesia. "DPR hanya menyarankan untuk kehati-hatian."
Poernomo mengatakan belum tentu pesawat hibah tersebut sudah bisa datang ke Indonesia awal tahun ini karena paling tidak dalam satu tahun upgrading pesawat hanya mampu tiga sampai lima unit. "Bertahap nantinya, setahun paling lima pesawat. Jadi, butuh empat tahunan." ujarnya. "Pembayarannya juga tergantung dari yang d-iupgrading," katanya.
Sebelumnya, pengamat militer Jaleswari Pramodhawardani mengatakan ada beberapa hal yang harus dikritisi dalam hibah tersebut. Pertama, pemerintah mesti terlebih dulu memastikan apakah penyediaan suku cadang dan perawatannya satu paket dengan hibah ke-24 F16 bekas. Pemerintah juga diminta untuk memastikan ke-24 armada itu dalam kondisi bagus.
Yang juga harus diperhatikan pemerintah, kata Jaleswari, adalah varian alutsista. Keberagaman alutsista itu tidak menguntungkan Indonesia. Meski banyak hal harus dipertimbangkan sebelum menerima hibah Amerika, Jaleswari tetap menganggap tawaran 24 F16 bekas jauh lebih tepat dibanding pemerintah membeli pesawat tempur baru.
Sumber: TEMPO
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment