Hal itu jauh lebih dahulu daripada keinginan Amerika yang sekarang ingin menciptakan dunia yang bebas senjata nuklir.
"Sebagai sebuah negara, Indonesia juga tak pernah mempunyai aspirasi atau keinginan untuk memiliki senjata nuklir. Tapi, Indonesia tentu juga ingin bisa memanfaatkan secara maksimal teknologi nuklir untuk keperluan damai demi kesejahteraan rakyatnya," kata Boediono makan siang dengan Wapres AS Joe Biden dengan 12 negara non blok dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Keamanan Nuklir di Washington DC, Senin (12/4) seperti dikutip di situs www.wapresri.go.id.
Dalam kesempatan itu ia menegaskan bahwa Indonesia menyambut baik semua upaya pencegahan jatuhnya bahan-bahan material nuklir ke tangan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
"Sikap Amerika sekarang juga sudah semakin dekat dengan pandangan Gerakan Non Blok (GNB). Artinya kita juga sudah semakin dekat ke arah sebuah kesepakatan dan kerjasama yang konkret," kata Boediono.
Ia menyatakan, Indonesia tentu menyambut baik kerjasama dengan negara-negara maju yang sudah menguasai teknologi nuklir untuk keperluan ini.
Dalam hal memberantas terorisme, komitmen Indonesia sudah sangat jelas. Kami termasuk negara yang berada di garis paling depan dalam perang melawan terorisme. Maka, tentu kami mendukung semua upaya untuk mencegah jatuhnya material nuklir ke tangan pihak-pihak non-negara yang bisa menyalahgunakannya secara tidak bertanggung jawab.
Namun, sebelum sampai pada kesepakatan yang konkret mengenai Insiatif Global untuk Memberantas Terorisme Nuklir, kita terlebih dahulu harus mengambil beberapa langkah praktis. Negara-negara maju harus membantu negara yang mempunyai tujuan jelas ingin memanfaatkan nuklir untuk keperluan damai. Amerika dan negara-negara maju lain juga harus membantu Indonesia dan negara-negara lain yang memiliki visi serupa untuk meningkatkan kemampuan mengawasi material nuklir di dalam perbatasannya masing-masing.
"Jika Indonesia memiliki kemampuan ini, tentu pengawasan material nuklir akan lebih mudah dan ini adalah langkah konkret yang bisa menuju pada kesepakatan global untuk mencegah jatuhnya nuklir ke tangan kelompok teroris atau aktor-aktor non-negara yang membahayakan keamanan global," katanya.
Dalam pernyataannya Wapres AS John Biden mengatakan bahwa dalam hal senjata nuklir sikap AS sekarang sudah sejalan dengan GNB.
"Satu saja ada tambahan senjata nuklir, dan ada satu saja lagi negara yang memiliki senjata nuklir, itu adalah kesalahan besar."
Biden juga menegaskan bahwa risiko yang sangat besar ada pada bahan-bahan material nuklir yang berada di tangan swasta, seperti industri yang berada di luar kendali Pemerintah.
"Kita tak pernah bisa menghitung dengan tepat atau memberi label pada semua material itu. Maka kita harus menemukan cara agar tidak ada satu pun material yang bocor ke tangan yang tidak berhak," kata Biden.
Indonesia adalah peserta penting dalam jamuan ini karena Indonesia adalah Ketua Kelompok Kerja Pelucutan Senjata Nuklir di GNB. Selama ini GNB selalu kritis mendorong upaya pelucutan senajata nuklir (disarmamanet) maupun upaya-upaya pencegahan penyebarannya (non-proliferation). Kita ketahui bersama, sikap GNB adalah mewujudkan pelucutan senjata nuklir secara total (a world without nuclear weapons).
Kewajiban melakukan pelucutan senjata nuklir ini terkandung dalam Traktat NPT, yang bersandar pada tiga pilar yang seimbang. Yakni: nuclear disarmament (pelucutan), nonproliferation of nuclear weapons (penghentian penyebaran senjata nuklir), dan peaceful uses of nuclear energy (Pemakaian nuklir untuk maksud-maksud damai).
Sumber: MEDIA INDONESIA
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment