JAKARTA: BPPT menyerahkan hasil pengujian model aerodinamika pesawat N-219 kepada PT Dirgantara Indonesia setelah dikembangkannya sejak 2007.
Penandatanganan serah terima hasil uji coba Aerodinamika Model pesawat udaya N-219 tersebut, dilakukan hari ini oleh Kepala BPPT Marzan Azis Iskandar dengan Direktur PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso.
Budi menuturkan pesawat baru ini merupakan alat pengangkut untuk jangka pendek dengan 19 penumpang. Bisa gunakan di daerah-daerah yang sulit dilewati pesawat besar, yang harus mendarat di landasan yang luas dan besar.
"Program ini penting, sebagai jembatan bagi generasi insinyur kita untuk membuat pesawat baru dari N-250, kini menjadi N-219. Tiap satu generasi perlu media pekerjaan, di mana generasi yang lama bisa alihkan ilmunya ke generasi berikutnya. Kalau tidak, akan muncul gap yang lama dan hilang," ungkapnya.
Dia mengatakan generasi pembuat N-219 ini adalah penerus dari orang-orang yang sudah dilatih oleh BJ Habibie dulu. "Diharapkan mereka akan memberikan ilmunya kepada generasi lebih muda. Dan mudah-mudahan generasi berikutnya ini bisa mendesain pesawat perintis yang lebih bagus lagi," lanjut Budi.
Kepala BPPT Marzan menuturkan pengujian pesawat udara ini dilakukan di Laboratorium Aero-Gasdinamika dan Getaran BPPT di Serpong. "BPPT dengan SDM dan fasilitasnya mendukung pelaksanaan rancangbangun pesawat N-219, melalui kegiatan pengujian. Sementara PT DI berdasarkan kemampuan dan pengalamannya melakukan desain dan memproduksi N-219 ini," ujarnya.
Menurut Marzan, N-219 ini dirancang menyesuaikan kondisi geografis Indonesia, yang merupakan negara kepulauan, mempunyai banyak gunung dan berbukit-bukit. Ditambah lagi dengan karakteristik infrastruktur di daerah pedalaman, misalnya landasar pendel dan terbatas.
Pesawat turboprop 12-19 penumpang ini, katanya, mempunyai potensi pasar yang sangat besar, terutama di negara-negara Asia Pasifik, yang mempunyai banyak airport kecil.
Berdasarkan hasil penelitian oleh DI dan Kementerian Perindustrian, ujar Marzan, potensi kebutuhan pesawat kapasitas 19 penumpang versi sipil di Indonesia mencapai 97 pesawat. Sementara kebutuhan versi special mission di Indonesia mencapai 105 pesawat.
"Sekarang yang perlu dipikirkan adalah darimana dana untuk memproduksinya, yang diperkirakan 25 unit pesawat membutuhan biaya sekitar Rp1 triliun. Untuk itu perlu dibicarakan bersama para pemangku kebijakan terkait. Mudah-mudahan 2012 bisa terwujud N-219."
Sumber: BISNIS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment