VIVAnews – Angkatan Udara Indonesia kekurangan pesawat untuk operasional pertahanan di perbatasan. Kebutuhan minimal 16 unit pesawat, baru terpenuhi sembilan.
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) TNI Angkatan Udara RI, Marsekal Imam Sufa’at, mengatakan, “Dari sembilan unit pesawat tersebut, dua unit pesawat belum selesai pembuatannya. Empat unit pesawat unit kegiatan Search And Rescue (SAR), dua unit pesawat untuk VIP. Sedangkan, satu unit pesawat jenis super puma NAS 332/C1 Tactical Transport yang telah diberikan kepada Lanud Atang Sandjaya.”
Imam mengungkapkan itu usai serah terima super puma NAS 332/C1 Tactical Transport dari PT Dirgantara Indonesia (Persero) kepada Menteri Pertahanan (Menhan) RI/TNI AU yang bertempat di lanud ATS, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis 30 Desember 2010.
Ia mengatakan, pihaknya sangat membutuhkan 16 pesawat tersebut, untuk operasional daerah-daerah perbatasan. Salah satunya, di perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini yang membutuhkan dua pesawat. Namun, karena keterbatasan anggaran, baru terpenuhi 9 unit pesawat.
Sementara itu, Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan, pesawat jenis super puma NAS 332/C1 Tactical Transport merupakan salah satu buatan Indonesia yang dibiayai oleh Departemen Dalam Negeri (Depdagri). Selain itu, kata dia, dibuatnya pesawat jenis super puma NAS 332/C1 Tactical Transport ini menunjukkan kemampuan produksi dalam negeri yang berkualitas dan siap bersaing dengan negara lain.
Lebih lanjut ia mengatakan, pesawat jenis super puma berguna untuk kegiatan logistik, operasi militer dan selain operasi militer. ”Jadi pesawat sangat berguna baik untuk militer maupun untuk masyarakat," katanya.
Ditempat yang sama, Budi Santoso, Dirut Dirgantara Indonesia mengaku belum menyelesaikan dua unit pesawat lagi dikarenakan keterbatasan anggaran.
Sumber: VIVA
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment