JAKARTA – Kerja sama dengan Korea Selatan (Korsel) paling mungkin direalisasikan untuk proyek pengadaan kapal selam di Tanah Air. Korsel dinilai paling baik dan pas karena sudah tidak asing lagi dengan teknologi alat utama sistem senjata (alutsista) Indonesia. Kedua negara ini sudah sering bekerja sama di bidang pertahanan.
“Tarik-menarik antara Korsel dan Rusia memang kuat. Namun, Korsel sudah berpengalaman bekerja sama dengan Indonesia. Paling mutakhir, kedua negara ini bekerja sama dalam mengembangkan pesawat tempur jenis KFX yang diharapkan lebih mo dern dari pesawat tempur F16,” kata Ketua Centre for Security and Defence Studies Koesnadi Kardi saat dihubungi di Jakarta, Minggu (19/12).
Koesnadi mengatakan kapal selam yang berasal dari Rusia sebenarnya canggih, namun kapal jenis Kilo tersebut masih sebatas prototipe. “Masa kita mau membeli kapal selam yang belum tahu kemampuannya,” ujar dia. Pembelian kapal selam, tam bah dia, sedikit susah kare na membutuhkan dana yang besar. Selain itu, Indonesia hanya membutuhkan empat kapal selam.
Kendala-kendala ter sebut membuat banyak ne gara menolak melakukan transfer teknologi. Menunggu Sementara itu, Direktur Teknik dan Industri Kementerian Pertahanan Agus Suyarso mengatakan teknologi kapal selam seperti apa yang diinginkan TNI AL untuk mendukung sistem keamanan dan pertahanan di kawasan laut Indonesia belum diketahui secara jelas.
Kementerian Pertahanan belum bisa mengetahui dengan negara mana Indonesia akan bekerja sama untuk pengadaan alutsista seharga sekitar 2,7 triliun rupiah ini. “Kami sedang menunggu, user (TNI AL, red.) inginnya kapal selam seperti apa. Jika sudah ditentukan, baru kita akan mempertimbangkannya secara komprehensif,” katanya.
Agus tak begitu mengetahui kapan TNI AL akan memberikan spesifi kasi kapal selam yang dibutuhkan ke Kementerian Pertahanan. Kapal selam memang sangat dibutuhkan Indonesia, terutama untuk menjaga daerah-daerah perbatasan strategis, seperti Selat Malaka, Selat Lombok, Selat Sunda, dan Selat Makassar. Indonesia hanya memiliki dua kapal yang saat ini tak bisa digunakan karena sedang diperbaiki.
Dua kapal selam tersebut adalah buatan Jerman tahun 1981 dengan kelas U 209/1300 yang diberi nama KRI Cakra dan KRI Nanggala. Karena amat dibutuhkan, Kementerian Pertahanan sempat mewacanakan akan membeli empat kapal selam dari negara produsen kapal selam. Ada beberapa negara yang dibidik, yakni Korsel, Prancis, Jerman, dan Rusia.
Agus tak menampik jika produk Perancis belum teruji. Hal itu diperlihatkan dengan tidak maksimalnya produk mereka saat Malaysia memesannya. Namun, Agus belum bisa memastikan negara mana yang akan dimintai kerja sama. Sebelumnya, Komisi I DPR berharap Kementerian Pertahanan membeli satu paket kapal selam dari satu negara agar memungkinkan adanya transfer teknologi.
Januari atau Februari 2011 ini pemerintah diminta sudah menetapkan negara mana yang dipilih untuk bekerja sama. “Kami berharap kerja sama yang akan dijalin bisa menguntungkan Indonesia dan bisa mengikutsertakan industri pertahanan dalam negeri sebagai langkah revitalisasi,” kata Ketua Komisi 1 DPR Mahfudz Siddiq.
Sumber: Koran Jakarta
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment