Kupang (ANTARA News) - Senin itu (29/3), KRI Soetanto berlabuh sendirian di Markas Komando Pangkalan Utama TNI-AL (Lantamal) VII/Kupang di Bilangan Bolok, 15 km arah barat ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kapal perang ukuran sedang ini tengah "opname" sambil menunggu pelaksanaan Operasi Arung Hiu 2010 di wilayah timur Indonesia.
"Kita punya KRI Weling berbasis di Lantamal Kupang, namun saat ini sedang bertugas di tempat lain," kata Kepala Bagian Penerangan Lantamal VII/Kupang Mayor (KH) Abdul Rohim.
Wilayah operasi Lantamal VII tidak hanya Nusa Tenggara Timur, tetapi juga Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Maluku Tenggara.
"Wilayah operasional kita sangat luas, tetapi minim sekali dengan armada pendukung operasional seperti kapal perang untuk memantau pulau-pulau terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan Timor Leste maupun Australia," katanya.
Satu lagi yang dimiliki Lantamal VII, Kapal Angkatan Laut (KAL) Kembang, namun daya jelajahnya hanya sampai 40 mil, sehingga tidak bisa mencapai pulau terluar seperti Pulau Batek di Amfoang Utara, Kabupaten Kupang, yang berbatasan langsung dengan Oecusse, kantung (enclave) Timor Leste.
Pulau kecil yang di bibir pantai Oepoli, Kecamatan Kupang Timur itu, sempat diklaim Timor Leste sebagai teritorinya, karena letaknya dekat ke Oecusse.
Indonesia kukuh mengklaim pulau ini adalah bagian tak terpisahkan dari kepulauan nusantara, karena di sana sudah dibangun sebuah mercusuar jauh sebelum Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia pada 1976.
Langkah politik ini dipertegas dengan latihan perang TNI-AL di wilayah kepulauan itubeberapa tahun lalu yang membuat gerah Ramos Horta yang ketika itu masih menjabat Perdana Menteri Timor Leste.
TNI-AD langsung menggelar pasukan di pulau itu dengan menempatkan personel organik dari Batalyon Infanteri 743/Pradnya Samapta Yudha, pasukan organik di bawah Korem 161/Wirasakti Kupang.
Ketika tanggungjawab pengamanan wilayah perbatasan NTT-Timor Leste diserahkan sepenuhnya kepada Yonif 744/Satya Yudha Bhakti, juga pasukan organik dari Korem 161/Wirasakti Kupang, maka semua pasukan organik Yonif 743 ditarik dari pulau-pulau terluar.
Selain Pulau Batek, pulau terluar lainnya di NTT adalah Pulau Dana Rote yang berbatasan langsung dengan Australia, serta Pulau Manggudu di bagian selatan Sumba Timur, juga berbatasan langsung dengan Australia.
Kedua pulau ini sempat dikelola sebagai objek wisata oleh pengusaha Australia.
Modus operandi yang mereka gunakan adalah mengawini putri tuan tanah setempat, kemudian perlahan-lahan menguasainya.
Bisnis pariwisata di kedua pulau terluar itu pun berhenti total begitu TNI-AD menerjunkan pasukan untuk menjaga kedaulatan NKRI dari pengambilalihan diam-diam oleh asing.
"Untuk beroperasi ke pulau-pulau terluar dan wilayah perairan perbatasan antara Indonesia-Australia dan Timor Leste, masih jarang dilakukan karena terbentur minimnya sarana pendukung operasional seperti kapal perang untuk patroli," ujar Abdul Rohim.
Menurutnya, jangankan mengamankan wilayah perbatasan laut RI-Australia, pulau-pulau terluar saja sulit dijangkau. KAL Kembang, saja hanya mampu menjangkau Pulau Rote di selatan Indonesia yang berjarak sekitar 40 mil dari Kupang.
"Para nelayan kita sering mengeluhkan ulah patroli AL Australia yang menangkap mereka dalam wilayah perairan kita. Kami belum bisa berbuat banyak untuk menjawab keluhan para nelayan kita," akunya.
Komando Lantamal VII membawahi tiga Pangkalan TNI-AL (Lanal), yakni Lanal Maumere di Pulau Flores bagi tengah, Lanal Mataram di Nusa Tenggara Barat dan Lanal Rote di Kabupaten Rote Ndao.
Ketiganya membawahi 24 Pos AL, menyebar dari Maluku Tenggara, Kepulauan Alor, NTB, sampai beberapa tempat di NTT.
Baik Lanal maupun Pos AL, tidak dilengkapi sarana operasional memadai, sehingga menghambat tugas menjaga wilayah perairan perbatasan dan pulau-pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga.
Bayangkan saja, penerangan pos AL yang menyebar di berbagai pulau dalam wilayah operasional Lantamal VII itu, masih menggunakan lampu pelita.
"Memang ada genset, namun hanya digunakan pada saat mengirim laporan melalui radio atau faksimili dari pos tersebut," papar Abdul Rohim.
Abdul Rohim tidak berbicara banyak mengenai kekuatan armada yang harus dimiliki Lantamal VII/Kupang yang berbatasan langsung dengan Timor Leste dan Australia, karena kewenangan mengenai ini ada di tangan Mabes TNI.
"Wilayah operasional kita sangat luas, namun peralatan utama dan sistem persenjataan (Alustita) kita masih sangat terbatas untuk menjangkau pulau-pulau terluar dan wilayah perbatasan RI-Timor Leste dan Australia," katanya.
Sumber: ANTARA
Berita Terkait:
INDONESIA
- Proses Pengecatan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3 TNI AD
- Kemhan : Indonesia-Rusia Belum Sepakat Hibah Kapal Selam
- Foto Kedatangan Leopard 2A4 Dan Marder 1A3
- 2014, Dua Helikopter Apache Tiba Di Indonesia
- Indonesia dan Polandia Jajaki Kerjasama Produksi Bersama Alutsista
- Dua Su-30MK2 TNI AU Tiba Di Makasar
- Komisi I Siap Awasi Pengadaan Helikopter Apache
- Indonesia Kirim Degelasi Ke Rusia Untuk Tinjau 10 Kapal Selam
- Kemhan Kirim Tim untuk Pelajari Spesifikasi Apache
- Menhan Tempatkan Satu Squadron Apache Di dekat Laut China Selatan
- Selain Apache AH-64E, Indonesia Juga Tertarik Dengan Chinook
- Komisi I Dukung Pengadaan Satelit Untuk Pertahanan Negara
- Darurat , Tol Jagorawi Dijadikan Landasan Pesawat Tempur
- Rusia - AS Saling Berlomba Dalam Pengadaan Alutsista Indonesia
- Komisi I : Kami Berharap AS Turut Berpartisi Dengan Industri Pertahanan RI
- Komisi I Mendukung Tawaran 10 Kapal Selam Bekas Dari Rusia
- Rusia Tawarkan 10 Kapal Selam Bekas Kepada Indonesia
- 2014, Pemerintah Mengalokasikan Rp 83,4 Triliun Untuk Kementerian Pertahanan.
- Ketua KNKT : Lanud Polonia Harus Aman Untuk F-16
- Hari ini, 4 Kapal Perang Indonesia Show Force Balas Provokasi Malaysia
- KSAD : Helikopter Apache Akan Tiba 2018
- Korsel Kembangkan Internal Waepon Bay Untuk Pesawat Tempur K/IFX
- Islamic Development Bank Fasilitasi Kredit Ekspor Untuk PT DI
- Perancis Tingkatkan Kerjasama Pertahanan Dengan Indonesia
- Indonesia Kurang Teliti Dalam Pengadaan Pesawat Super Tucano Dari Brasil
TNI AL
- Indonesia Kirim Degelasi Ke Rusia Untuk Tinjau 10 Kapal Selam
- Kasal Resmikan Pembangunan Submarine Training Center (STC) Di Koarmatim Surabaya
- PT PAL : ToT Kapal Selam Korsel Rugikan Indonesia
- 2014, TNI AL Akan Kedatangan Helikopter AKS Secara Bertahap
- BPPT Dan TNI AL Kembangan Kapal Selam 15 Dan 22 Meter
- 2013, 37 BMP-3F Akan Diterima Marinir TNI AL
- PT DI Serahkan Tiga Heli Pesanan TNI AL
- PT PAL Akan Kerjakan 16 Unit KCR-60 TNI AL
- TNI AL Memilih Simulator Nautis Class A Untuk Pelatihan Kapal Perang Sigma
- KEEL LAYING Kapal Cepat Rudal (KCR-60 METER) TNI AL
- Patroli Perbatasan, Kapal Selam KRI Cakra Singgah di Sorong
- Satgas TNI AL Akan Mengawasi Pembuatan Dua PKR Di Belanda
- Kementerian Keuangan Setujui Pemusnahan Dua Kapal TNI AL
- Pangkalan Kapal Selam Akan Selasai Akhir 2013
- TNI AL Dan Amerika Lakukan Latihan Bersama
- TNI AL Setujui 50 Desain Awal Kapal Selam Buatan DSME
- TNI AL Bangun Kapal LST Dan BCM
- TNI AL Resmikan First Steel Cutting Pembangunan LST Ketiga
- KSAL : Keputusan Pembelian Kapal Perang Dari Inggris Masih Tangan Kemhan
- TNI AL Inginkan Tingkatkan Alih Teknologi Dengan AS
- Kemhan : Rudal C-705 Untuk Kapal Cepat Rudal Akan Tiba 2014
- Kapal Perang Jajaran Koarmatim Akan Laksanakan Latihan Artileri
- Menhan Akan Resmikan KCR Ke Tiga
- Pembentukan Tiga Armada TNI AL Selesai 2014
- Kemhan : Fregat Buatan Inggris Memiliki Kemampuan Di Atas Sigma
0 komentar:
Post a Comment