sydney, jumat - Analisis intelijen, yang disusun lembaga-lembaga intelijen Australia, mengungkapkan kekhawatiran bahwa China bisa terlalu percaya diri dengan kekuatannya sehingga akan membesar-besarkan kejadian sepele menjadi konflik besar yang mengganggu stabilitas kawasan.
Analisis itu mengemuka dalam sebuah taklimat antara dinas intelijen Office of National Assessments (ONA), badan intelijen militer Defence Intelligence Organisation (DIO), Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan Australia pada 2006.
Hasil taklimat itu disampaikan oleh pejabat Departemen Luar Negeri Australia kepada Kedutaan Besar AS di Canberra. Kawat diplomatik dari Kedubes AS mengenai isi taklimat tersebut menjadi salah satu kawat yang bocor di WikiLeaks dan dimuat harian Sydney Morning Herald, Jumat (7/1).
Informasi intelijen Australia juga menunjukkan, banyak hal ditutup-tutupi oleh China terkait tujuan dan program pengembangan militernya. Salah satunya adalah belanja militer China pada 2006, yang ternyata mencapai 70 miliar dollar AS (Rp 632,1 triliun) atau dua kali lipat dari jumlah yang diumumkan.
China selalu berdalih program pengembangan militernya bertujuan untuk pertahanan diri dan bukan untuk menyerang negara lain. Namun, pihak intelijen Australia berpendapat, pembangunan kekuatan militer China itu sudah melebihi kebutuhan untuk pertahanan diri dan menghadapi konflik dengan Taiwan.
Pembangunan kekuatan militer ini, ditambah dengan kurangnya pengalaman Tentara Pembebasan Rakyat China, meningkatnya rasa nasionalisme rakyat China, dan semakin tingginya harapan untuk menaikkan status China di pentas global, bisa membawa Beijing terlalu percaya diri dengan kekuatan militernya.
”Ada potensi kesalahpahaman, yang bisa berujung pada salah perhitungan serius atau krisis, dan kejadian-kejadian sepele bisa meningkat eskalasinya dengan cepat,” ungkap isi analisis itu.
China belakangan mengejutkan dunia dengan publikasi rencana peluncuran kapal induknya yang pertama, uji coba rudal pembunuh kapal induk, dan penampilan pesawat siluman pertama buatan China.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment