Beberapa lokasi yang akan dikembangkan menjadi skuadron baru misalnya di Biak, Merauke, dan Timika untuk Papua; Manado untuk Sulawesi; serta Morotai untuk wilayah Maluku. "Bandara atau pangkalannya sudah ada. Konsepnya pun sudah ada. Tinggal menunggu pesawat," ujar Bonggas.
Pemerintah berencana menambah pesawat untuk TNI Angkatan Udara secara bertahap beberapa tahun mendatang. Tahun ini enam unit Sukhoi Su-27/30 MKI Flanker didatangkan dari Rusia. Tahun depan 16 unit pesawat serang ringan buatan Brasil, EMB-314 Super Tucano, akan tiba menggantikan pesawat OV-10 Bronco yang sudah harus dipensiunkan. Pemerintah juga sudah meneken kerja sama pembelian 16 unit pesawat tempur latih ringan T50 Golden Eagle dari Korea Selatan.
TNI Angkatan Udara saat ini memiliki 41 pangkalan. Namun tidak semua pangkalan ini dipenuhi dengan skuadron tempur. Beberapa pangkalan tidak memiliki pesawat tempur. Soalnya pangkalan untuk pesawat tempur minimal harus memiliki runway (landasan) sepanjang 3.000 meter, lengkap dengan perangkat pendukung. Silaen mengatakan meski tahun depan anggaran pertahanan mengalami peningkatan, jika dibandingkan dengan kebutuhan pengadaan peralatan tetap masih kurang. Komponen peningkatan anggaran rata-rata seimbang antara belanja pegawai, belanja barang, dan belanja modal. Namun peningkatan paling besar tercatat untuk belanja modal.
Dari Wates, Jawa Tengah, Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan akan mempercepat pengadaan berbagai perangkat pertahanan dalam jangka waktu lima tahun mendatang. Hal ini, menurut Imam, sekaligus harapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Jadi, saat masa jabatan Presiden berakhir, TNI AU sudah kuat," ujar Imam, dua hari yang lalu. Sumber : TEMPO
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment