"Jadi, kalau radionya bermasalah, dibawa ke Kodam lalu tunggu selesai diperbaiki, baru dikirim pulang ke perbatasan?," katanya terheran. "Lah...selama tidak ada radio komunikasi karena sedang diperbaiki, bagaimana kondisi perbatasan dapat dipantau atau diawasi," katanya.
Perbatasan Kalbar-Serawak memiliki panjang 966 kilometer, dijaga dan diawasi melalui 32 pos pengamanan perbatasan yang diawaki 650 personel TNI. Selain keterbatasan sarana infrastruktur seperti jalan, air bersih, listrik dan sarana telekomunikasi umum, prajurit di perbatasan masih dihadapkan pada terbatasnya sarana prasarana yang dimilikinya untuk mendukung tugas pokoknya menjaga keutuhan kedaulatan negara di perbatasan.
Dalam paparan yang disampaikan Komandan Satgas Pamtas Yonif 641/Bru Letkol Inf Trisaktiono di Pos Jagoi Babang, Panglima TNI mengetahui jika banyak radio komunikasi yang tidak dapat beroperasi maksimal. Tidak itu saja, motor trail yang digunakan untuk memantau wilayah perbatasan yang melintasi 116 desa di lima Kabupaten di Kalbar pun, tidak semuannya layak dioperasionalkan. "Jadi suku cadangnya sulit didapat," kata Panglima TNI prihatin.
Lulusan Akademi Angkatan Laut 1978 itu pun menambahkan,"jadi merek sepeda motor apa yang suku cadangnya mudah didapat, ganti dengan motor merek tersebut." Tak hanya radio komunikasi dan motor yang tidak berada dalam kondisi prima, masih ada genset, perahu karet, dan lainnya, yang diantaranya masuk kategori rusak ringan atau berat.
Agus Suhartono yang sempat menjabat Asisten Perencanaan Kepala Staf Angkatan Laut langsung menginstruksikan para asistennya untuk segera mendata semua persoalan yang dihadapi prajurit di perbatasan terutama sarana prasarana pendukungnya, untuk segera ditindaklanjuti. "Masalah perbatasan, tidak bisa dianggap enteng, harus ditangani secara serius, tidak saja oleh TNI tetapi oleh semua komponen bangsa lainnya, karena wilayah perbatasan adalah beranda terdepan negara kita, kedaulatan kita," tuturnya.
Sumber: REPUBLIKA
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment