TOKYO - Jepang menyatakan kekhawatiran terbarunya mengenai perkembangan kekuatan militer China pada Kamis (3/3/2011). Sehari sebelumnya, dua pesawat militer China terbang di dekat kepulauan sengketa di Laut China Timur.
Juru bicara pemerintah Yukio Edano mengatakan Jepang mengirimkan pesawat jet tempur untuk mengusir pesawat China tersebut pada jarak 55 kilometer dari kepulauan yang disebut Senkaku dalam bahasa Jepang dan Diaoyu dalam bahasa China. Menurut laporan media Jepang yang mengutip pejabat yang tidak menyebutkan identitasnya, peristiwa itu adalah jarak terdekat yang dilakukan pesawat militer China ke kepulauan yang tengah menjadi pusat perselisihan kedua raksasa Asia itu.
Namun, pesawat China yang diidentifikasi oleh Kantor Berita Kyodo sebagai pesawat mata-mata dan anti kapal selam Y-8 tidak memasuki wilayah Jepang dan langsung pergi setelah mereka berhadapan dengan pesawat Jepang. "Kami memperhatikan modernisasi kekuatan militer China dan menjadikan pertumbuhan dan aktivitas intensifnya sebagai bahan pertimbangan kami," kata Sekretaris Kabinet Edano.
"Negara kami akan terus memperhatikan penuh gerakan militer China," imbuhnya. Ia mengatakan Jepang sejauh ini tidak memiliki rencana untuk mengajukan keluhan resmi atas penerbangan tersebut yang disebutnya berada di luar wewenang udara negara kami dan tidak melanggar hukum internasional.
Aktivitas militer China yang meningkat memicu pemikiran ulang tentang masalah pertahanan dengan Jepang mengatakan pihaknya berencana untuk mengirimkan lebih banyak tentara ke kepulauannya yang tersebar di sebelah selatan dan lebih jauh dari lokasi masa Perang Dingin di utara dekat Rusia.
Tahun lalu pasukan pertahanan Jepang mengirim pesawat tempur sebanyak 48 kali sebagai respon atas pesawat militer China yang terbang dekat ke wilayah Jepang antara April dan Desember menurut harian Yomiuri Shimbun.
Kedua kekuatan Asia itu mengalami perselisihan diplomatik yang makin buruk selama bertahun-tahun setelah konflik di perairan yang masih dalam sengketa pada September antara dua kapal patroli pantai Jepang dengan satu kapal nelayan China.
Kedua pihak bersama Taiwan mengakui wilayah yang saat ini berada di bawah kendali Jepang sekaligus kaya sumber daya alam tersebut sebagai miliknya.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment