"Sebenarnya bukan terorisme tapi diindikasikan kegiatan perompakan yang akan mengancam beberapa kapal yang akan melintas disana. Belum ada pernyataan ancaman teroris," katanya terkait isu terorisme di wilayah Selat Malaka.
Selat Malaka, jelas dia, merupakan jantung sea line oil trade dan sea line oil communication. Tiga negara pantai mempunyai kepentingan besar disana yakni Malaysia, Indonesia, Singapura, terkait fungsi jalur laut tersebut. Thailand belakangan ikut melibatkan diri dalam pengamanan jalur strategis tersebut dalam operasi Malaka Straight Sea Patrol (MSSP). Operasi itu termasuk untuk menghadapi isu perompakan dan dilakukan selama 24 jam.
"Kita sudah menggelar operasi MSSP, Indonesia, Singapura, Malaysia dan Thailand, temasuk satuan udaranya. Termasuk kemarin, isu dari maritime security coast, kita punya kewajiban bersama untk mengamnkan Selat Malaka dan kita terus jajaran koarmabar telah menggelar dilakukan sepanjang tahun menggelar operasi untuk meningkatkan kewaspadaan dan alert tersebut," paparnya.
Ia menyatakan belum bisa mengidentifikasi pelaku aktivitas tersebut. Pihaknya lebih mementingkan tindakan antisipatif sehingga perompakan tidak menjadi lebih besar.
"Belum. Dengan kita meningkatakan alertness, informasi sudah kita terima empat hari lalu. Kita juga meningkatkan kewaspadaan untuk sea robbery maupun sea piracy yang ada disana," tandasnya.
Sumber: MEDIA INDONESIA
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment