Pandangan tersebut disampaikan perwira senior Angkatan Darat China (PLA), Kolonel Liu Mingfu, dalam bukunya yang mulai beredar hari Senin (1/3) berjudul The China Dream.
Buku berbahasa China itu memiliki 303 halaman dan merupakan tambahan suara dorongan agar China bersikap lebih tegas terhadap AS dalam masalah-masalah perdagangan, Tibet, hak asasi manusia, dan penjualan persenjataan ke Taiwan.
”Tujuan besar China pada abad ke-21 adalah menjadi nomor satu, kekuatan tertinggi. Jika China pada abad ke-21 tidak bisa menjadi nomor satu, tidak bisa menjadi kekuatan tertinggi, maka tidak bisa dihindarkan hal itu akan menjadikan China seorang yang tersesat dan terpinggirkan,” tulis Liu, yang merupakan guru besar di Universitas Pertahanan Nasional, yang ternama itu.
”Selama China berusaha naik menjadi nomor satu di dunia, bahkan kalaupun China lebih kapitalis ketimbang AS, AS akan tetap berusaha keras untuk menghentikannya,” tambah Liu sambil menegaskan bahwa pandangan-pandangan di dalam buku itu sepenuhnya merupa- kan pendapat pribadi. ”Kita memerlukan kebangkitan militer seperti halnya kebangkitan ekonomi.”
Buku Liu menambah kesaksian adanya tekanan di dalam negeri China kepada kepemimpinan Partai Komunis China untuk menunjukkan pertumbuhan ekonomi China yang cepat itu diterjemahkan lebih besar ke dalam pengaruh yang lebih kuat terhadap Barat, yang berjuang melawan kelesuan ekonominya.
Perwira PLA lain sebelumnya telah menyampaikan agar anggaran pertahanan China tahun ini bisa mengirimkan sebuah sinyal perlawanan terhadap Washington, setelah pemerintahan Obama melanjutkan rencana menjual persenjataan bernilai 6,4 miliar dollar AS ke Taiwan pada Januari lalu.
”Salah satu bagian opini publik di mana para pemimpin menaruh perhatian terhadapnya adalah pandangan para elite termasuk perwira PLA,” kata Alan Romberg, pakar China dan Taiwan di Henry L Stimson Center, di Washington DC.
Terkunci ketiga
Menurut Liu, China harus menggunakan pendapatannya yang terus meningkat untuk menjadi kekuatan militer terbesar dunia, sebegitu kuatnya sehingga AS ”tidak akan berani dan tidak akan mampu mencampuri konflik militer di Teluk Taiwan”.
Jika tujuan kekuatan militer China tidak bisa melampaui AS dan Rusia, maka China akan terkunci menjadi kekuatan militer peringkat ketiga, dan hal itu bisa bermakna memberikan sejumlah besar kantong uang kepada para pemilik peluru.
Persaingan antara China dan AS, ditegaskan Liu, adalah pertarungan untuk menjadi negara pemimpin, sebuah konflik tentang siapa yang bangkit dan jatuh untuk mendominasi dunia. ”Untuk mengamankan dirinya, untuk mengamankan dunia, China harus bersiap untuk menjadi penjaga dunia,” ungkapnya.
Pemerintah China berhati-hati dalam menanggapi pandangan soal pembangunan militernya karena tidak ingin merusak hubungan dengan mitra dagang utamanya, AS. Sikap pemerintah terhadap pandangan elitenya itu akan tercermin pada pengesahan anggaran pertahanan 2010, sekitar pekan ini.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment