Kapal bantuan kemanusian yang menuju Jalur Gaza untuk menentang blokade Israel atas wilayah itu.
KOMPAS.com — Sebuah armada bantuan kemanusiaan yang dijadwalkan berlayar ke Gaza, Jumat (28/5/2010), guna menentang embargo Israel tertunda sehari karena masalah teknis dan ketakutan Israel mungkin akan menahan salah satu kapal.
"Kami tidak akan berangkat hingga Sabtu, tetapi kapal-kapal ini masih terus berlayar," kata Audrey Bomse dari Free Gaza Movement yang mengorgasasikan armada multinasional yang berkumpul di Siprus. Semula dijadwalkan kapal-kapal bantuan itu akan mencapai perairan Gaza Sabtu ini.
"Kami telah mengubah koordinat dua kali karena ada laporan Israel mengancam untuk menangkap kapal Turki sehingga kami memutuskan menunda sampai semua kapal bergabung," tambahnya.
"Hal ini telah menunda segala sesuatunya sehari karena perubahan koordinat membutuhkan waktu. Juga ada kesulitan teknis dengan salah satu kapal sehingga kami harus memindahkan penumpang dari kapal itu ke satu kapal Turki," kata Bomse.
Ratusan aktivis menyiapkan langkah akhir dari usaha mereka untuk menerobos embargo atas Jalur Gaza, sebuah upaya yang akan mati-matian akan digagalkan Israel, karena masing-masing pihak menuduh yang lain melanggar hukum internasional.
Dua kapal kargo dan lima kapal kecil berisi ribuan ton persediaan dan ratusan penumpang menuju titik pertemuan di Siprus di mana mereka berencana menyatu sebelum berangkat bersama ke Gaza. Panitia mengatakan, kapal kedelapan, Rachel Corrie dari Irlandia, tertinggal dan akan berjalan menuju Gaza secara terpisah.
Kapal-kapal itu akan bertemu di perairan internasional. "Pemerintah Siprus tidak ingin kami berangkat dari Siprus. Saya hanya bisa berasumsi bahwa mereka mendapat tekanan," kata Bomse. Namun, seorang pejabat Siprus mengatakan bahwa Nicosia belum menerima permintaan resmi dari Otoritas Palestina tentang bantuan kemanusiaan itu.
Menteri Komunikasi Siprus Erato Kozakou-Marcoullis membantah bahwa keputusan yang melarang armada itu untuk berlayar dari Siprus karena tekanan Israel. "Ini keputusan yang dibuat sendiri oleh Siprus," katanya.
Sumber: KOMPAS
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment