Patroli dan pengamanan kawasan Ambalat lewat udara katanya, menggunakan pesawat Boeing 737, Sukhoi Su-27/30 MK, dan Hercules yang standby on call (siaga terbang) di Lanud Tipe C, Tarakan. “Sepekan lagi kami datangkan pesawat Sukhoi untuk operasi Ambalat, sambil mengecek fasilitas runway di Bandara Juwata Tarakan, apakah layak untuk operasi terus atau menunggu perpanjangan runway,” jelasnya.
Menurutnya, wilayah udara Kota Tarakan sebagai pulau terluar dalam pengamanan, menjadi kawasan penyiapan operasi yang dilaksanakan TNI AU. Kota Tarakan menjadi pangkalan pengamanan perbatasan dengan Negara Malaysia, sehingga beberapa fasilitas pendukung perlu dipersiapkan, seperti apron untuk parkir pesawat-pesawat tempur.
“Selama ini pesawat take off (lepas landas, Red.) dari Makassar (Sulawesi Selatan, Red.). Kalau dikondisikan standby di Tarakan akan lebih baik. Kendalanya di Lanud belum ada apron sendiri. Bulan ini sudah ada pengukuran rencana membangun apron, semoga cepat terealisasi,” ungkapnya.
Luas bangunan apron tambahnya, memerlukan 2-3 hektare untuk menampung pesawat tempur dan pesawat intai. Dalam bulan ini saja direncanakan 4 pesawat yang masuk. “Standarnya itu bisa ada pesawat Sukhoi, F-16, F-5 dan Hawk. Rata-rata 6 pesawat lah nanti bergantian dengan pangkalan lainnya,” tambahnya.
Jumlah personel di Lanut tipe C ini diperkirakan juga akan bertambah secara bertahap. Idealnya terdapat 120 anggota. Saat ini ada 70 anggota, namun dipastikan mampu mengkaver pengamanan.
“Pangkalan Aju inikan menjadi pendukung operasi, ya jumlah 70 personel sudah cukup, meski ditambah lagi juga baik. Kami terus berbenah, dan berkoordinasi dengan satuan samping lainnya di Tarakan,” tutupnya.
Sumber: Kaltim Post
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment