Menurut dia, kerjasama ini melibatkan 150 tenaga ahli/insinyur termasuk dari Korea. Karena Indonesia berpartisipasi sebesar 20 persen dalam proyek ini, maka 30 orang berasal dari Indonesia. 30 orang ini akan diambil dari PT Dirgantara Indonesia (DI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan dari Institut Teknologi Bandung (ITB). "Sedang dikumpulkan. Paling lambat Juli nanti dikirim," ujarnya.
Namun tak hanya satu kelompok ini saja yang akan mempelajari cara, riset
dan pengembangan pembuatan lima prototype pesawat tempur multi-mission generasi 4,5 yang disebut Jet Fighter KF-X/IF-X ini. masih ada lima kelompok lain yang nantinya akan terlibat secara bergiliran. "Ada enam kelompok, jadi 30 kali 6 artinya ada sekitar 180 orang," kata Agus.
Rencananya sekelompok insinyur tersebut akan bergiliran setiap empat bulan sekali.
Sumber: TEMPO
Berita Terkait:
2 komentar:
semoga lancar...sehingga Indonesia benar2 bisa memproduksi sendiri pesawat tempur yg dibutuhkan TNI AU
Terlalu banyak kalo 30 x 6
lebih efektip kalo 10 tetap
20 x 5 (Kan prototypenya ada 5 bukan 6 )
ntar yang 10 bisa manthep...
yang 100 bisa belajar sendiri sama yg 10...
Tapi ga apalah yang penting Maju Indonesiaku !!
Suksess Selalu :)
Post a Comment