"Empat prototype untuk Korea dan satu untuk kita (Indonesia)," kata Direktur Teknologi Industri Pertahanan, Ditjen Pothan Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal TNI Agus Suyarso dalam Seminar Industri Pertahanan di Gedung Antara, Jakarta, Rabu 18 Mei 2011.
Dengan komposisi pembiayaan total 80:20 ini, artinya pemerintah hanya menyumbang US$ 1,01 miliar atau sekitar 10,1 triliun dari total biaya sebesar US$ 5,05 miliar. Proyek ini akan berlangsung selama 10 tahun tepatnya hingga tahun 2020. "Nanti rencananya kalau untuk tradingnya 250 pesawat, 200 untuk mereka 50 untuk kita,"kata dia.
Kerjasama pembuatan pesawat tempur ini menjadi salah satu cara Indonesia dalam rangka pengembangan alat utama sistem senjata (alutsista) untuk kebutuhan sekarang dan masa depan. Selain itu juga untuk meningkatkan kemampuan industri pertahanan dan meningkatkan kemandirian dan sistem pertahanan strategis.
Sumber: TEMPO
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment