Menurut dia, banyak masalah yang dihadapi negara Asean untuk meningkatkan industri pertahanan baik di negaranya maupun di Asean. Selain belum ada standar yang sama, juga masih ada masalah dalam hal pemasaran. Pemasarannya sejauh ini hanya terbatas di negara tetangga saja. Kerja sama kolaborasi antar negara-negara yang memiliki industri pertahanan, seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand pun belum maksimal. "Harusnya negara-negara ini bekerja sama dengan tujuan mendukung negara lainnya yang tidak punya kekuatan ini," ujarnya.
Hamid menyebut beberapa langkah ke depan yang harus dilakukan Asean, di antaranya dengan memaksimalkan peluang, promosi perdagangan intra-Asean, mengelola risiko yang berbasis hubungan yang kuat, dan pendekatan yang fleksibel. "Membuat strategi baru," ujarnya.
Dengan langkah-langkah seperti ini, Hamid optimistis nilai impor negara Asean atas produk pertahanan berkurang cukup signifikan. "Jika sekarang impor mencapai US$ 25 miliar, tahun 2030 ditargetnya hanya US$ 12,5 miliar," kata dia.
Sumber: TEMPO
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment