JAKARTA (Suara Karya): Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan (Kemenhan) belum memastikan untuk menerima hibah pesawat angkut dan pesawat tempur dari beberapa negara. Termasuk 24 unit pesawat tempur canggih F-16 yang akan dihibahkan pemerintah Amerika Serikat (AS). Sebab, Indonesia harus memikirkan dan menganggarkan biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya perawatan.
"Pesawat angkut dan pesawat tempur yang akan dihibahkan itu sudah pernah dipakai. Tentunya, kita harus pertimbangkan juga biaya perawatan dan biaya upgrade yang akan dikeluarkan," ujar Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, akhir pekan lalu.
Bila pesawat yang akan dihibahkan dalam kondisi rusak parah, maka Indonesia harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk memulihkan pesawat itu sehingga layak terbang. Hal sama pada pesawat tempur F-16, Indonesia terlebih dahulu mengecek jenis dan type blok pesawat tersebut untuk disesuaikan dengan F-16 yang sudah dimiliki TNI.
Purnomo mengatakan, jika pesawat dihibahkan type blok-15, maka masih harus di-upgrade. F-16 terbaru adalah jenis blok-53. "Semakin tinggi kita upgrade, semakin besar ongkosnya. Sekarang, kita hitung-hitungan dan melihat spesifikasi teknis melalui spesifikasi ekonomis," ujar Menhan.
Ia menambahkan, hibah pesawat F-16 membutuhkan satu proses yang tidak bisa cepat karena ini di bawah naungan Access Defence Article (IDE), yang mesyaratkan kedua belah pihak wajib saling mendalami.
Misi Kemanusiaan
Selain F-16 dari AS, Purnomo mengatakan, Indonesia mendapat tawaran hibah pesawat angkut jenis Hercules C-130 dari Norwegia dan Australia. Pesawat Hercules yang ditawarkan kedua negara itu belum dalam kondisi sepenuhnya layak terbang. "Kita sudah cek dan kondisinya lumayan parah. Retrofit kalau masih memungkinkan tidak apa-apa, tapi kalau ongkos lebih mahal tidak usah," katanya.
Purnomo menyatakan, Indonesia tak spontanitas menerima tawaran hibah pesawat dari beberapa negara tanpa melakukan pengecekan terhadap kualitas dan kuantitas pesawat serta mempertimbangan anggaran perawatan. "Persoalan hibah-mengibah tidak bisa sembarangan. Kita lihat dulu kondisi pesawatnya, kalau rusak berat kan juga nggak bisa," ujarnya.
Sekarang ini, Wakil Ketua DPR Anis Matta menilai, keberadaan pesawat angkut masih lebih penting dibandingkan pesawat tempur. Pasalnya, pesawat angkut bisa diberdayakan untuk mengemban misi kemanusiaan.
"Dalam 10 tahun terakhir ini, Indonesia tertimpa musibah bencana alam. Kondisi ini juga perlu kita perhatikan hingga ke depan untuk persiapan. Karena itu, salah satu persiapannya memperbanyak pesawat angkut, seperti Hercules," ujarnya.
Sumber : SUARA KARYA
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment