Agresifitas Korea Utara yang meningkat dapat mengakibatkan upgrade dan pengadaan pesawat tempur dipercepat
Ini merupakan tahun yang sangat menegangkan di semenanjung Korea. Dari penerpodoan sebuah kapal Korsel jenis korvet oleh kapal selam milik Korut pada tanggal 26 maret. Kemudian, pada tanggal 23 November, Korea Utara mengebom pulau Yeonpyeong di Korea Selatan, menewaskan dua Marinir dan dua warga sipil Korea Selatan.
Korea Selatan dan Amerika Serikat mengikuti latihan menembak dengan angkatan laut yang sebelumnya direncanakan dan banyak didemonstrasolam di Laut Kuning yang melibatkan kapal induk USS George Washington. AS juga melakukan latihan dengan Jepang, yaitu kapal perang dan 400 pesawat. Sementara itu, menteri pertahanan baru Korea Selatan mengatakan bahwa ia akan mengendurkan aturan keterlibatan angkatan bersenjata.
Sementara ketegangan di semenanjung Korea bukan hal yang baru, beberapa sumber industri merasakan suasana penyerangan tersebut bisa mempercepat program yang ada.
Yaitu mengupgrade sebagian besar pesawat F-16 block 32 menjadi F-16 C/D block 52 oleh Angkatan Udara Korsel, Dari penelusuran Flightglobal Korsel memiliki 118 F-16C dan 51 two-seater F-16Ds.
Program peningkatan teknologi untuk F-16 akan digunakan untuk misi baru. Hal ini juga akan menyediakan link data umum dengan armada pesawat dan Korea Selatan untuk Boeing F-15Ks. Para produsen AS telah memproduksi 46 dari tipe yang terakhir, dan mendapatkan pesanan lagi sekitar 15 masih dalam pengerjaan.
Program lain yaitu mpembelian UAV Northrop Grumman RQ-4 Global Hawk oleh Korea Selatan yang mempunyai kemampuan terbang dan tahan lama. Korea Selatan telah lama tertarik pada UAV ini, tapi karena keterbatasan anggaran telah memunda pengadaan UAV tersebut. Terlepas dari ketegangan yang sedang berlangsung, perjanjian Global Hawk juga bisa mendapatkan keuntungan dari menundaan penarikan U. S. pesawat mata-mata Angkatan Udara di masa Perang Dingin Lockheed U-2, yang telah menggunakan secara ekstensif di semenanjung Korea.
Namun banyak kendala dalam pengadaan Global Hawk Korea Selatan agar bisa menjadi sistem kontrol teknologi rudal. Jika kedua negara Korea Selatan dan Amerika Serikat telah melakukan kesepakatan, dapat dibayangkan bila Korsel dan US banyak melakukan penandatangan pengadaan - akan menyebabkan sekutu Korea Utara, Cina - bisa mencoba untuk memblokir penjualan Global Hawk.
"MTCR pasti bisa jadi masalah," kata seorang narasumber. "Bahkan jika AS bisa membuat pengecualian berdasarkan kebutuhan pertahanan Korea Selatan - dan fakta lain dalam mitra perjanjian di Korea Selatan. "
Program utama lainnya termasuk Korea Selatan Korea Aerospace Industries pengembangan F/A-50, berdasarkan pesawat T-50 untuk pesawat latih lanjutan. Korea Selatan bisa mulai menguji F/A-50 pada tahun 2012, 60 dan 150 dari F/A-50 akan menggantikan pesawat F-5E.
Dua program utama lainnya adalah kontrak KF-X dan F-X3 oleh KAI untuk pengadaan pertama yaitu memproduksi 120 pesawat tempur KF-X untuk angkatan udara Korsel, dalam perkembangan pesawat yang akan didanai 60% oleh pemerintah Korea Selatan, 20% untuk KAI dan 20% untuk mitra asing(Indonesia). Dalam acara Indo Defense bulan November di Jakarta, mengatakan KAI masih berbicara dengan mitra asing potensial, meskipun bulan juli pada waktu Farnborough Airshow, KAI melakukan MoU dengan Indonesia dalam proyek tersebut.
Seoul cenderung mengeluarkan permohonan proposal untuk kontrak F-X3 pada kuartal pertama tahun 2011. Boeing F-15 Eagle silent, Eurofighter Typhoon dan Lockheed Martin F-35 Joint Strike Fighter akan bersaing untuk menggantikan 60 pesawat McDonnell Douglas F-4Es.
Terlepas dari yang ada dan proyek-proyek yang akan datang, angkatan udara Korsel akan melakukan tindakan objektif, karena kekuatan udara Korsel lebih maju daripada Korut, baik secara kuantitatif dan kualitatif - yang sebelumnya dipertimbangkan oleh pasukan Amerika Serikat.
"Saya tidak berpikir Korut bisa menerbangkan pesawat tempurnya" kata salah satu narasumber. "Mereka sangat tidak kekurangan dana dan kemungkinan untuk mengalami kekurangan serius yaitu dalam pelatihan pilot. Korsel bisa terbang sampai wilayah Korea Utara bahkan sanggup terbang sejauh wilayah udara Irak."
Sumber: FG/MIK
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment