Yusron Ihza Mahendra
INILAH.COM, Jakarta - Pengamat pertahanan dan politik luar negeri Yusron Ihza Mahendra menilai TNI harus mengkaji ulang kerjasama dengan militer Amerika Serikat. Hal ini menyusul bocoran dari WikiLeaks yang membeberkan kalau Amerika memandang penting posisi TNI khususnya dalam pemberantasan terorisme.
"TNI harus mengkaji ulang kerjasama dengan Amerika terkait pemberantasan terorisme. Karena bisa jadi terorisme adalah agenda yang sengaja diciptakan oleh Amerika sendiri," ujar Yusron kepada INILAH.COM,
Jakarta, Senin (06/12/2010).
Mantan Wakil Ketua Komisi I DPR RI periode 2004-2009 dari Fraksi Partai Bulan Bintang (PBB) menambahkan kalau dirinya meragukan agenda pemberantasan terorisme oleh Amerika. Yusron mencurigai terorisme adalah isu yang sengaja diciptakan Amerika untuk mencari dukungan militer dari negara lain. Khususnya dari negara muslim seperti Indonesia.
"Tanpa sadar, bisa jadi para teroris yang tertembak dan tertangkap justru terprovokasi oleh isu terorisme yang dihembuskan Amerika. Yang pasti terorisme bukan buatan Indonesia dan kerjasama pemberantasan terorisme dengan Amerika harus dikaji ulang," tegas dia.
Seperti diberitakan, WikiLeaks memunculkan dokumen tersebut dalam bagian WikiLeaks Document Release mengenai informasi kepada Kongres AS dari Congressional Research Service.
Informasinya termuat dalam Report RS20572 bertajuk Indonesian Separatist Movement in Aceh. Laporan itu disajikan oleh Larry Niksch dari Divisi Hubungan Luar Negeri, Perdagangan dan Pertahanan tertanggal 26 Februari 2004.
Di dalamnya disebutkan bahwa sejak peristiwa 11 September, AS merasa berkepentingan untuk memperkuat kerjasama dengan Indonesia dalam pemberantasan terorisme. Pemerintahan di bawah Presiden George W Bush berupaya keras untuk mendekati TNI untuk kepentingan tersebut.
Salah satunya, pada Agustus 2002, Menteri Luar Negeri Collin Powel mengumumkan pemberian bantuan bantuan sebesar US$50 juta untuk program pemberantasan terorisme.
Sumber: INILAH
Berita Terkait:
0 komentar:
Post a Comment